Sekitar tahun 1958, 1959 dan
1961 masyarakat yang berdomisili disekitar wilayah Bobotsari sampai Karangreja
dihantui oleh serangan tentara DI/TII yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo. Hal
ini memang sangat memungkinkan, mengingat bahwa disebelas utara wilayah
Bobotsari terdapat rangkaian pegunungan. Rangkaian pegunungan Kendeng ini
kemudian menjadi jalur lalulintas dan tempat persembunyian para anggota
gerombolan DI/TII dari kejaran TNI (khususnya dari Banteng Raiders) maupun
Polisi (dari Brimob).
Untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari para anggota gerombolan DII/TII biasanya merampas harta benda milik
rakyat. Oleh karena itu maka masyarakat yang tinggal di Karangreja, Tlahab,
Dagan, Palumbungan, Limbasari dan seterusnya menjadi resah. Sehingga untuk
mengantisipasi adanya gangguan keamanan dari DI/TII, masyarakat didesa-desa
tersebut secara bergotong royong membuat pagar keliling dari bambu sampai tiga
lapis. Selain itu secara bergiliran para pria dewasa mengadakan ronda dan
patroli kampung pada waktu malam hari.
Ancaman DI/TII tidak hanya
dilakukan terhadap rakyat saja, dimana gerombolan DI/TII berusaha memaksa
rakyat, bahkan melakukan tindak penculikan agar menjadi anggota. Terhadap
instasi-intasi maupun pejabat pemerintah para anggota DI/TII melakukan aksi
teror bahkan sampai aksi pembunuhan. Hal ini terjadi pada kantor kecamatan
Karangreja yang pada saat itu berkedudukan didesa Tlahab Kidul dibakar, serta
membunuh asisten wedana Sumarmo, tetapi istri beliu bersama putranya yang masih
kecil dapat menyelamatkan diri dipekuburan siregol.
Terhadap ancaman dan aksi teror
gerombolan DI/TII TNI dari Banteng Raiders dan Polri (Brimos) bersama-sama rakyat
bersatu padu untuk menumpasnya. Pada aksi penumpasan tersebut TNI dan Brimos
berhasil mengusir serta menembak mati anggota gerombolan DI/TII dipasar
Sikandut desa Tahab Kidul yang terletak disebelas barat kecamatan (sekarang
komplek SMP Negeri 3 Karangreja). Untuk menghormati perjuangan A.W. Sumarmo,
maka namanya diabadikan pada sebuah jalan raya dikota Purbalingga, yaitu jalan
A.W. Sumarmo. Kemudian Pemda Purbalingga membangun tugu (monumen) peringatan
didesa Tlahab Kidul (sekarang komplek SMP Negeri 3 Karangreja).
Dikisahkan
kembali oleh Bpk Rochman dan Bpk Saeroji sebagai saksi sejarah
Ditulis
kembali oleh Saefuloh Al Masnun
Ceritanya,,bagus sekali,,truskan lagi crita sejarah,,yg lain lagi,khususnya, sejarah dari purbalingga,trims,,,
BalasHapusSaya sebagai putra daerah Purbalingga, bangga akan perjuangan para pahlawan yang mempertahankan daerah Purbalingga
BalasHapuskehebatan TNI memang infanteri
BalasHapus