Rabu, 11 April 2012

SERANGAN DI/TII ANTARA BOBOTSARI-KARANGREJA



Sekitar tahun 1958, 1959 dan 1961 masyarakat yang berdomisili disekitar wilayah Bobotsari sampai Karangreja dihantui oleh serangan tentara DI/TII yang dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo. Hal ini memang sangat memungkinkan, mengingat bahwa disebelas utara wilayah Bobotsari terdapat rangkaian pegunungan. Rangkaian pegunungan Kendeng ini kemudian menjadi jalur lalulintas dan tempat persembunyian para anggota gerombolan DI/TII dari kejaran TNI (khususnya dari Banteng Raiders) maupun Polisi (dari Brimob).
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para anggota gerombolan DII/TII biasanya merampas harta benda milik rakyat. Oleh karena itu maka masyarakat yang tinggal di Karangreja, Tlahab, Dagan, Palumbungan, Limbasari dan seterusnya menjadi resah. Sehingga untuk mengantisipasi adanya gangguan keamanan dari DI/TII, masyarakat didesa-desa tersebut secara bergotong royong membuat pagar keliling dari bambu sampai tiga lapis. Selain itu secara bergiliran para pria dewasa mengadakan ronda dan patroli kampung pada waktu malam hari.
Ancaman DI/TII tidak hanya dilakukan terhadap rakyat saja, dimana gerombolan DI/TII berusaha memaksa rakyat, bahkan melakukan tindak penculikan agar menjadi anggota. Terhadap instasi-intasi maupun pejabat pemerintah para anggota DI/TII melakukan aksi teror bahkan sampai aksi pembunuhan. Hal ini terjadi pada kantor kecamatan Karangreja yang pada saat itu berkedudukan didesa Tlahab Kidul dibakar, serta membunuh asisten wedana Sumarmo, tetapi istri beliu bersama putranya yang masih kecil dapat menyelamatkan diri dipekuburan siregol.
Terhadap ancaman dan aksi teror gerombolan DI/TII TNI dari Banteng Raiders dan Polri (Brimos) bersama-sama rakyat bersatu padu untuk menumpasnya. Pada aksi penumpasan tersebut TNI dan Brimos berhasil mengusir serta menembak mati anggota gerombolan DI/TII dipasar Sikandut desa Tahab Kidul yang terletak disebelas barat kecamatan (sekarang komplek SMP Negeri 3 Karangreja). Untuk menghormati perjuangan A.W. Sumarmo, maka namanya diabadikan pada sebuah jalan raya dikota Purbalingga, yaitu jalan A.W. Sumarmo. Kemudian Pemda Purbalingga membangun tugu (monumen) peringatan didesa Tlahab Kidul (sekarang komplek SMP Negeri 3 Karangreja).

Dikisahkan kembali oleh Bpk Rochman dan Bpk Saeroji sebagai saksi sejarah
Ditulis kembali oleh Saefuloh Al Masnun

3 komentar:

  1. Ceritanya,,bagus sekali,,truskan lagi crita sejarah,,yg lain lagi,khususnya, sejarah dari purbalingga,trims,,,

    BalasHapus
  2. Saya sebagai putra daerah Purbalingga, bangga akan perjuangan para pahlawan yang mempertahankan daerah Purbalingga

    BalasHapus