A.
Jepang menempatkan pasukannya
di pulau Saipan, Tinian dan Guam
Pada masa Perang Dunia II,
kepulauan Mariana yang terletak ditengah-tengah samudra Pasifik mempunyai
peranan yang sangat penting bagi strategi kemiliteran. Kepuluan Mariana
kira-kira memiliki 15 buah pulau kecil, tetapi terdapat 3 buah pulau besar
seprti Saipan, Tinian dan Guam. Pada abad ke -15 kepulaun Mariana ditemukan dan
dikuasai oleh bangsa Spanyol. Tetapi setelah Perang Dunia I berakhir, kepulaun
tersebut oleh Liga Bangsa-Bangsa diserahkan pengawasannya pada Jepang. Ketika
sedang berlangsung Perang Dunia II (1939-1945), kepulauan tersebut direbut
kembali oleh Jepang agar dapat membangun pangkalan ANgkatan Darat, Angkatan
Laut dan Angkatan Udara. Dengan menguasai pulau
Saipan, Tinian dan Guam, maka Jepang dapat mengendalikan kegiatan
militernya dibenua Asia dari ancaman tentara Sekutu.
Untuk memperkuat pertahanan di
pulau Saipan, Tinian dan Guam, pada bulan Februari 1944 pihak pemerintah Jepang
mengerahkan 30.000-an orang tentara yang dilengkapi dengan 48 buah tank dan
senjata berat. Hal ini perlu dilakukan oleh Jepang
agar dapat menghadapi ancaman militer dari pihak Angkatan Laut dan Angkatan
Udara Amerika. Selain itu, Angkatan Laut
Jepang yang berkududukan di pulau Saipan mendapat dukungan dari Angkatan
Udaranya yang berpangkalan di Filipina yaitu pulau Luzon dan Leyte. Di Filipina
Angkata Udara Jepang memiliki 438 buah pesat tempur. Tetapi jumlahnya kalah
besar jika dibandingkan dengan Angkatan Udara Amerika Serikat yang memiliki 891
buah pesawat tempur.
Karena Angkatan Udara Jepang
dipulau Guam sudah hancur, maka pada awal bulan Agustus 1944 Amerika Serikat
dengan mudah dapat mengalahkan Angkatan Laut Jepang yang berkedudukan di pulau
Saipan. Sehingga 30.000-an orang tentara Jepang di pulau Saipan habis, karena
gugur dalam pertempuran maupun yang bunuh diri (hara-kiri).
Sementera itu , pulau Tinian juga dapat direbut oleh Amerika Serikat, tetapi
selama 1,5 tahun pasukan Jepang masih mengadakan perang gerilya samapai 18.500
tentaranya habis, baik karena gugur maupun menyerah menjadi tawanan.
Setelah pulau Saipan, Tinian dan
Guam dapat direbut dan dikuasai oleh tentara Amerika Serikat, akibatnya Perdana
Meteri Jepang yaitu Jendral Hideki Tojo menyerahkan
kekuasaan pemerintahannya pada Jendral Kunaiki Kaiso.
Sebulum menjabat sebagai Perdana Meteri, Jendral Kuaniki Kaiso pada mulanya
menjabat sebagai Gubernur Militer di Taiwan (kepulauan
Formosa). Melalui perantaraan Duta Besar Swedia yang berkedudukan di
Tokyo, akhirnya pemerintah Jepang minta perundingan damai dengan pihak Sekutu.
Sekutu mau berdamaia, asalkan pemerintah Jepang mau menyerah tanpa syarat.
B.
Amerika merebut pulau Saipan,
Tinian dan Guam dari Jepang
Untuk mengalahkan tentara Jepang baik dalam Perang Dunia II maupun
Perang Asia Timur Raya, pihak Amerika Serikat berusaha untuk merebut pulau
Saipan, Tinian dan Guam dari Angkatan Laut dan Angkatan Udara bala tentara
Jepang.
Laksamana Nimitz
bersama Laksamana Mare Mitcher memimpin
operasi militer Angkatan Laut Amerika Serikat guna merebut tiga pulau di
Mariana. Dengan menguasai pulau Siapan, Tinia dan Guam, maka pihak Amerika
Serikat dapat membangunan pangkalan Angkatan Laut dan pangkalan Angkatan
Udaranya. Karena jarak antara pulau Saipan, Tinian dan Guam dengan Jepang sudah
dekat, sehingga Angkatan Udaranya dapat mengadakan serangan udara terhadap
pasukan Jepang menggunakan pesawat bomber jenis B-29. Selain itu, pasukan
Amerika juga berusaha untuk merebut pangkalan Angkatan Laut dan Angkatan Udara
tentara Jepang yang berkedudukan di pulau Lozon dan Leyte di Filipina serta
kepulauan Formosa di Taiwan.
Sasaran pertama Angkatan Laut Amerika Serikat yang dipimpin oleh
Laksamana Mare Mitcher yaitu menyerang dan menguasai pulau Saipan dari tentara
Jepang. Sehingga pada awal bulan Juni 1944 Angkatan Udara Amerika Serikat
mendaratkan 20.000-an orang pasukan. Tetapi pada pertempuran malam hari selama
8 jam, pihak Amerika Serikat sudah kehilangan 200-an orang tentara. Hal ini
dapat terjadi, karena ada perlawan terus menerus dari pihak tentara Jepang yang
berusaha untuk mempertahankan pulau Saipan. Pertempuran yang baru selesai pada
jam 6 pagi menimbulkan korban jiwa sejumlah 700-an orang tentara baik dari
kedua belah pihak. Meskipun harus menghadapi serangan-serangan kecil dan
berbagai macam gangguan dari tentara Jepang, akhirnya pada awal bulan Agustus
1944 Angkatan Laut dan Angkatan Udara Amerika Serikat dapat merebut pulau
Saipan dari Jepang.
Tentara Amerika Serikat mengetahui bahwa Jepang sedang memperkuat
pasukannya di pulau Luzon dan pulau Leyte di Filipina yang dipimpin oleh
Laksamana Ozawa. Sehingga pihak Angaktan Udara Amerika Serikat yaitu Task Force mengerahkan 891 buah pesawat tempur
untuk menandingi kekuatan Angkatan Udara Jepang yang didukung oleh 430 buah
pesawat tempur. Untuk itulah, maka pihak Amerika Serikat menghancurkan Angkatan
Udara Jepang di Filipina agar tidak dapat membantu pasukan Angkatan Lautnya di
pulau Saipan. Karena pasukan Angkatan Laut Jepang sudah kehilangan dukungan
Angkatan Udara, maka dengan mudah Angkatan Laut Amerika yang dipimpin oleh
Laksamana Mare Mitcher dapat merebut dan menguasai pulau Guam dari Jepang.
C.
Pulau-pulau wilayah asli Jepang
terancam oleh Tentara Sekutu
Dengan dikuasainya kepulauan Mariana seperti ; Sipan, Tinian dan
Guam, maka Amerika Serikat dapat membanguna pangkalan udaranya sebagai tempat
pendaratan pesawat tempur bomber jenis B-29. Pesawat tempur tersebut besar dapt
membawa bom serta memerlukan lapangan terbang yang luas, dekat dengan sasaran
dan tidak kawatir kehabisan bahan bakar. Karena pulau-pulau tersebut tidak jauh
dari wilayah asli Jepang, sehingga pasukat Angkatan Udara Amerika Serikat dapat
dengan mudah menjatuhkan bom.
Sementara itu Sekutu juga sudah berhasil menyelesaikan perang
diwilayah benua Eropa seperti di Italia dan Jerman. Dengan demikian Sekutu
dapat berkonsentrasi untuk menghancurkan kekuatan militer Jepang.Gerakan
pasukan Sekutu juga berhasil merebut Papau sebelah utara, Tarakan, Balikpapan,
Morotai dan sekitarnya dari kekuasaan Jepang. Setelah serang diteluk Mutiara,
pihak Amerika Serikat memerintahkan serangan kapal selam tak terbatas terhadap
kapal musuh baik kapal perang, kapal barang maupun kapal penumpang. Hal ini
dilakukan oleh Amerika Serikat sebagai balas dendam terhadap serangan kapal
selam Jerman terhadap kapal-kapal Sekutu pada pertempuran di teluk Mutiara.
Setelah berhasil merebut Filipina, tentara Sekutu ingin merebut pulau
Kiusyhiu dan Honsyu. Oleh karena itu pihak Sekutu mengerahkan pasukan Angkatan
Darat yang dipimpin oleh Jendral Douglas Mac Arthur, Angkatan Laut dipimpin
oleh Laksamana Chester W. Nimitz. Mulai bulan Agustus 1944 pasukan Amerika
mejatuhkan bom diwilayah Iwojima yang berada ditengah-tengah pulau Honshu dan
kepulauan Mariana. Serangan tentara Amerika tidak hanya dilakukan dari udara
saja, tetapi juga melakukan penyerangan melalui laut. Pihak Sekutu memperkirakan
dapat merebut pulau Iwojima hanya selama beberapa hari saja, tapi pada
kenyataannya pertahanan Jepang dipulau itu sangat kuat, tidak dapat dilihat
dari udara maupun dari laut. Maka sebelum diadakan serangan lebih lanjut, pihak
Amerika mengirimkan mata-mata supaya pihak Jepang mengira bahwa serangan sudah
dimulai. Ternyata siasat ini dapat berhasil mengetahui meriam-meriam Jepang
yang pada mulanya disembunyikan dan dirahasiakan. Sehingga ketika pihak Amerika
mendaratkan pasukan sejumlah 30.000 orang tentara dapat mengurangi jumlah
korban yaitu hanya 519 orang tewas dalam pertempuran. Setelah Iwojima berhasil
direbut dalam tempo tiga bulan, kemudian pasukan Amerika mengibarkan bendera
dipuncak gunung Suribashi yang tingganya
hanya ratusan meter. Setelah Iwojima, pasukan Amerika mulai menyerang wilayah asli
Jepang seperti pulau Riukiu dan Akinawa yang merupakan pintu gerbang masuk
wilayah Nippon. Dari Iwojima angkata udara Amerika Serikat dapat menyerbi kota
Tokyo pada waktu malam hari sering dijatuhi bom. Tentara Amerika pada jam 10
pagi dapat merebut lapangan terbang di Okinawa, kemudian markas besarnya Letnan
Jendral Ushijima.
Guna menghadapi serbuan tentara Sekutu, maka pimpinan angkataran
darat tentara Jepang yang dipimpin oleh Letnan Jendral Kuribayashi memperkuat
pertahanan di Iwojima. Kemudian memerintahkan pada pasukannya agar membangun
terowongan untuk menyembunyikan meriam disepanjang garis panta serta dijaga
oleh 21.000 orang tentara. Perlawanan Jepang terhadap tentara Amerika dilakukan
secara mendadak, perang gerilya dan pada ujung senjata pasukan berani mati
Jepang dilengkapi bayonet yang siap merobek perut lawan. Karena tidak sanggup
lagi mempertahankan Iwojima, maka Markas Tertinggi
Tokyo memerintahkan supaya pasukannya dapat menghambat tentara
Amerika Serikat. Hal ini bertujuan untuk menimbulkan banyak korban dan kerugian
pada pihak musuh. Untuk menghadapi pasukan marinir Amerika yang dipimpin oleh
Laksamana Muda Marc Mitcher, Jepang mengerahkan pasukan Kamikaze (pasukan
berani mati), sehingga dapat menghancurkan dua kapal pengangkut milik musuh. Sehingga
dalam pertempuran dua hari saja pasukan Kamikaze sudah dapat menghancurkan 1900
kapak musuh. Pihak Jepang juga mengerahkan pasukan darat guna menjaga pulau Okinawa yang dipimpin oleh Letnan Jendral Ushijima.
D.
Hubungan kekalahan Jepang pada
Perang Asia Timur Raya dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia
Dalam pidatonya didepan sidang TEIKOKU
GIKEI (Dewan Tertinggi Peperangan) yang ke 85, Perdana Manteri
Jepang Jendral Kunaiki Kaiso menjelaskan
bahwa setahun yang lalu penduduk Hindia Timur (sebutan Indonesia jaman
penjajahan) diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pemerintahan. Untuk
menyelesaikan perang Asia Timur Raya supaya semua pada sadar akan tujuan dan
maksud Dai Nippon dan dapat membuat senang pemerintah Kerajaan Jepang. Berhubungan
dengan masalah tersebut, pada kesempatan ini diumumkan bhwa Dai Nippon memberi kesempatan pada bangsa
Indonesia untuk merdeka dikemudian hari.
Pada pidato tersebut, pemerintah Jepang tidak menyebutkan bulan dan
tahun yang pasti, tetapi menurut Koran Asia Raya
hanya menyebutkan “memperkenankan
kemerdekaan kelak pada kemudian hari”. Pada waktu itu bertepatan dengan bulan
September 1944 atau di Indonesia bertepatan dengan bulan Ramadan.
Sedangkan pada waktu sebelumnya dikalangan para pemimpin Jepang
sudah bermusyawarah untuk memberikan kemerdekaan pada bangsa Indonesia. Tetapi
masih ada pihak-pihak yang tidak setuju, karena masih ingin menjajah Indonesia.
Ada pula yang menghendaki bahwa yang diberi kemerdekaan pulau Jawa dan Sumatera
dulu, sedangkan pulau-pulau yang lain masih didalam pengawasan Angkatan Laut
Jepang, tetapi kedudukannya tidak berubah (tetap sebagai daerah jajahan). Di
pihak lain adanya yang menghendaki pulau Jawa dulu yang merdeka, kemudian
secara perlahan-lahan menyusul pulau-pulau yang lain.
Hasil sidang TEIKOKU GIKEI (Dewan Tertinggi Peperangan) ke 85
kemudian dikirimkan dari Tokyo pada panglima bala tentara Jepang Asia Tenggara
yaitu Marsekal Terauchi yang berkedudukan
di Shonanto (sekarang Singapura). Kemudian diteruskan ke Jakarta dan diterima
oleh Saikko Shikikan. Berita keputusan tersebut oleh Saikko Shikikan disampaikan pada Ir. Soekarno, tetapi pada saat
itu sedang bekerja sebagai romusha di Bogor. Setelah mendapat kontak dari
Jepang, Ir. Soekarno segera pulang ke Jakarta, kemudian menghadap Saikko
Shikikan untuk mengucapkan terima kasih telah diberi kemerdekaan (meskipun
kelak pada kemudian hari).
Pada pidatonya Saikko Shikikan menyatakan bahwa “Dai Nippon Teikoku
menganggap bahwa bangsa Indonesia sebagai saudara muda, mau membimbing dengan
tulus ikhlas, diantaranya dengan member kesempatan dalam pemerintahan,
memperkuat ekonomi, mengangkat derajat melalui pendidikan serta dengan
cara-cara yang lain. Saya mengharapkan agar dihari yang bahagia ini seluruh
penduduk supaya memperbaharui tekadnya, berjuang mati-matian dengan bekerja
keras, serta memperkuat kekekuatannya agar dapat memenangkan peperangan. Supaya
penduduk ditanah Jawa ini bersatu padu, bergabung menjadi satu mengadakan
serangan umum, sehingga kita dapat memenangkan peperangan yang suci ini.”
Dalam pidato balasannya, Ir. Soekarno menyampaikan “Sebelum dijajah
Belanda, kita sudah berdiri sebagai bangsa yang merdeka, bangsa yang dihormati,
kuat, makmur. Kita semuanya merasa durhaka pada nenek moyang kita, dosa pada
para pahlawan kita yang sudah gugur ketika melawan para penjajah, apabila kita
sekarang tidak sungguh-sungguh mengambil kembali kemerdekaan, kekuatan,
kemakmuran serta kehormatan bangsa.”
Sebenarnya Bung Karno, Bung Hatta dan Ki Bagus Hadikusumo pernah
menemui Perdana Menteri Jendral Hideki Tojo untuk menanyakan masalah
kemerdekaan. Tetapi Perdana Meteri Jendral Hideki Tojo hanya menjawab bahwa
pihak tidak mempunyai wewenang untuk membicarakan masalah kemerdekaan pada
bangsa Indonesia. Sebelum tiga orang tokoh bangsa Indonesia itu datang ke
Tokyo, sduah menyampaikan surat terlebih dahulu pada Perdana Meteri Jendral
Hideki Tojo melalui Pimpinan Angkatan Laut Jepang di Jakarta yaitu Laksamana Maeda yang simpati terhadap gerakan
nasional Indonesia. Tindakan tiga orang tokoh ini oleh pemimpin bala tentara
Jepang Asia TImur yaitu Marsekal Terauchi dianggap tidak menyenangkan dan
menyalahi prosedur, mendahului hierarkhi ketentaraan.
Pada acara pertemuan negara-negara Asia Timur, bangsa Indonesia yang
memiliki jumlah penduduk 70 juta tidak diundang sebagai perserta apalagi
sebagai penggembira. Namun yang membuat tiga tokoh bangsa Indonesia tersebut
heran, negara-negara lain seperti Tiongkok
Nasionalis, Birma, Filipina, Muangthai,
Manchuria serta India diundang untuk menghadiri pertemuan negara-negara Asia Timur.
Kemudian Chuo-Sangi-In (Dewan
Pertimbangan Pusat) mengundang Bung Karno, Bung Hatta dan Ki Bagus Hadikusumo
untuk memberikan jawaban atas pertanyaan pada Saiko Shikikan yang berbunyi “
Bagaimana cara dan tindakan untuk membuktikan keihklasan serta rasa terimakasih
pada bangsa Indonesia pada Pemerintah Agung Dai Nippon serta pada balatentara,
serta bagaimana caranya membangun kemauan rakyat yang lebih hebat lagi dan
mengobarkan semangat perjuangan untuk menghancurkan Inggris
dan Amerika.” Keputusan sidang Chuo-Sangi-In yaitu mengucarkan terima kasih
pada Tenno Heika serta pemerintah pusat Dai Nippon serta balatentaranya yang
sudah banyak berkorban untuk mendukung Perang Asia
Timur Raya, bangsa Indonesia tetap sehidup semati dengan Nippon.
Baik sebelum merdeka maupun sudah merdeka.”
Selanjutnya untuk mewujudkan pernyataannya pada pemerintah Jepang,
para pemimpin bangsa Indonesia membentuk Barisan Pelopor
yang dipimpin oleh Bung Karno serta didampingi oleh Otto Iskandardinata, Raden
Panji Suroso dan dr. Buntaran. Dengan demikian barisan pelopor ini dikuasai
oleh kaum nasionalis bukan oleh orang Jepang. Sedangkan gerakannya semi
militer, tetapi hanya terdapat dipulau Jawa saja, sedangkan dipulau-pulau yang
lain belum ada. Sementara itu perang Asia TImur Raya semakin hebat, tentara
Jepang sudah terdesak. Sekutu sudah dapat mendekati wilayah
asli Jepang, tetapi bangsa Indonesia tambah sengsara.
Kira-kira 10 hari setelah pemerintah Jepang menyatakan akan memberi
kemerdekaan, pihak Amerika dari udara menyebarkan selebaran diwilayah Jakarta,
Bogor dan Surabaya. Isi selebaran
tersebut berbunyi bahwa Van der Plas salah
satu pejabat Belanda menyatakan bahwa Jepang sudah kalah perang, mengajak
bangsa Indonesia untuk membangun
Indonesia baru. Anehnya dua minggu setelah penduduk di Jawa selesai mengadakan
pestapenduduk diluar pulau Jawa sudah mendengar kabar kemerdekaan kelak pada
kemudian hari tersebut.
E.
Hubungan kekalahan Jepang pada
Perang Asia Timur Raya dengan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Setelah Sekutu dapat merebut Saipan, Tinian, Guam, Solomon, Papua,
Ambon, Makasar, Menado, Balikpapan dan Surabaya, Jepang merasa akan kalah
perang. Untuk menjaga agar rakyat Indonesia yang dianggap masih tenang, tidak
memberontak dan tetap setia, maka pemerintah Jepang segera membentuk Dokuritsu
Zunbi Coosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia.
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) kemudian mengadakan sidang dibekas gedung Volksraad (setelah direbut
oleh Jepang dari Belanda digunakan sebagai gedung Chuo Sangi Kai atau Dewan
Pertimbangan Pusat). Pada sambutan pembukaan siding, dr. Radjiman
Wedyodiningrat selaku ketua BPUPKI menyampaikan pertanyaan;”Apa yang menjadi
dasar bagi Negara Indonesia yang akan dibentuk?” Di antara para anggota BPUPKI
ada yang menjawab; demokrasi parlementer, demokrasi presidensiil seperti
Amerika, Indonesia menjadi negara Islam, Indonesia bebas dari pengaruh agama
dan negara kerajaan.
Pada sidang hari ketiga, tanggal 1 Juni 1945, Ir Soekarno mulai
memberikan jawaban terhadap usul dan pendapat dari para anggota. Menurut
keterangan Bung Hatta dalam “Mohammad Hatta Memoir” terbitan Tinta Mas, 1982,
bahwa Ir. Soekarno berpidato panjang lebar selama 1 jam. Dalam pidatonya Ir.
Soekarno menjelaskan bahwa kita tidak bisa membangun Negara dan bangsa atas
dasar Deklarasi Kemerdekaan seperti Amerika Serikat, Manifesto Komunis seperti
Uni Soviet. Kita tidak bisa meminjam falsafah hidup dari bangsa lain, seperti
Tenno Heika Seishin yaitu Semangat Kedewaan Kaisar.
Selain itu, Ir. Soekarno juga menyampaikan lima dasar yang sangat
tinggi nilai, seperti Nasionalisme, Internasionilme, Demokrasi, Keadilan Sosial
dan ke-TUHAN-an Yang Maha Esa. Hebatnya, dalam pidato tersebut Ir. Soekarno
tidak membaca teks dan sama sekali tidak pernah menyebut-nyebut Dai Hippon, sehingga
para pejabat Jepang yang hadir dalam sidang tersebut merasa kecewa dan tidak
senang. Padahal, sebelum BPUPKI terbentuk, pada setiap pidato didepan para
pejabat Jepang, Ir. Soekarno selalu menyebut-nyebut; Dai Nippon, tetap setia
kepada Tenno Heika, mengajak sehidup semati dengan Dai Nippon.
Setelah sidang selasai,
kemudian dibentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang. Didalamnya
terdapat wakil dari Islam, wakil dari Kristen dan wakil yang dianggap ahli
konstitusi. Sedangkan tugas Panitia Sembilan adalah merumuskan dengan jelas dan
singkat mengenai Dasar Negara. Menurut Ir. Soekarno Dasar Negara disebut
PANCASILA. Dalam buku memoarnya, Drs. Mohammad Hatta menjelaskan urutan-urutan
PANCASILA, sebagai berikut :
1.
Ke-TUHAN-an Yang Maha Esa, sila
pertama ini merupakan penyatuan dari sila-sila seluruhnya yang berjumlah lima.
2.
Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab
3.
Persatuan Indonesia. Bertujuan
untuk menunjukkan kepada Jepang bahwa bangsa Indonesia tetap bersatu tidak mau
dibagi-bagi.
4.
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh
Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
5.
Keadilan Sosial Bagi Rakyat
Indonesia.
F.
Bung Karno dan Bung Hatta di
ungsikan oleh para pemuda ke Rengasdengklok
Tanggal 15 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Drs Mohammad Hatta dan Dr.
Radjiman Wedyodiningrat tiba kembali dilapangan terbang Kemayoran pulang dari
Saigon. Tiga tokoh tersebut diundang oleh Panglima Angkatan Perang Jepang di
Asia Selatan yaitu Marsekal Terauchi untuk memperoleh penjelasan “masalah
kemerdekaan yang tergantung pada keputusan bangsa Indonesia sendiri.”
Dilapangan terbang Kemayoran, tiga orang tokoh tersebut dijemput oleh para
pejabat Jepang, selanjutnya diajak menghadap pada Gunseikan sebagai kepala
pemerintahan dipulau Jawa. Disana mereka mendapat ucapan selamat serta diajak
makan siang oleh Gunseikan.
Menurut keterangan Bung Hatta dalam “Mohammad Hatta Memoir” terbitan
Tinta Mas, 1982, antara lain menyebutkan: Kira-kira jam loro awan sampai
dirumahnya yang sekarang terletak di Jln Diponegoro. Disana sudah ada Sutan
Syahrir yang sudah menunggu selama setengah jam, kemudian mengabarkan bahwa
Jepang sudah minta damai. Terus bagaimana mengenai kemerdekaan bangsa kita ?
Lebih baik Bung Karno saja yang mengumumkan kemerdekaan melalui radio. Kalau
diumumkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan, akan dianggap kemerdekaan sebagai
pemberian Jepang.
Karena Bung Hatta kaget dengan kabar dari Sutan Syahrir, kemudian
mengajak pergi kerumahnya Bung Karno dijalan Pegangsaan Timur no. 56 Djakarta
(sekarang menjadi Jl. Proklamasi). Ketiganya kemudian musyawarah bersama, Bung
Karno sendiri sudah mendengar mengenai serangan pasukan Uni Soviet ke Monsyukuo
yang menyebabkan Jepang mengajak berdamai. Bung Karno juga percaya mengenai
kabar yang didengar oleh Sutan Syahrir dari radio Sekutu yang hanya mengumbar
suara saja.
“Lebih baik sekarang aku dengan Bung Hatta mengecek lansung kekantor
Gunseikanbu” begitu kata Bung Karno. Selanjutnya Ir. Soekarno, Drs. Mohammad
Hatta dan Mr. Ahmad Subardjo menemui pimpinan Jepang dikantor Gunseikanbu.
Tetapi kantor tersebut sudah kosong, yang ada hanya para penjaga. Sejak saat
itu Bung Karno percaya dengan kabar dari Sutan Syahrir, sedangkan Mr. Ahmad
Subardjo mengusulkan agar menemui Laksamana Maeda sebagai wakil Angkatan Laut
pada daerah yang dikuasai oleh Angkatan Darat Jepang. Laksamana Maeda juga
memberikan selamat mengenai kemerdekaan seperti yang telah disampaikan oleh
Marsekal Terauchi. Tetapi ketika Bung Hatta minta keterangan mengenai
menyerahnya Jepang, Laksamana Maeda tidak memberikan jawaban. Sehingga Bung
Karno dan Bung Hatta, tanggap mengenai keadaan yang sesungguhnya.
Tiga orang tokoh tersebut kemudian pergi dari rumah Laksamana Maeda.
Pada Bung Karno, Bung Hatta mengusulkan agar PPKI segera mengadakan siding pada
tanggal 16 Agustus 1945. Kemudian Mr. Ahmad Subardjo disuruh agar mengundang
para anggota PPKI dari luar Jawa supaya menginap di Hotel des Indes jam 10.00
pagi. Sedang rapat PPKI akan diselenggarakan di Kantor Sanyo Kaigi (dahulu
gedung Volksraad) dan sekarang menjadi gedung Kementrian Luar Negeri.
Pada sore hari dirumah Bung Hatta ada dua orang tamu yaitu Soebandio
Sastrosatomo dan Soebandio Djojohadikusumo yang menjelaskan bahwa Jepang sudah
kalah perang. Pada waktu yang sama Mr. Ahmad Subardjo juga datang. Kedatangan
Mr. Ahmad Subardjo untuk memberikan kabar bahwa Bung Karno sedang dikerumuni
para pemuda yang memaksa agar kemerdekaan segera dikumandangkan. Tetapi
diteolak keras oleh Bung Karno, sehingga para pemuda mengancam “Kalau Bung
Karno ragu-ragu mengumandakan kemerdekaan pada malam in juga, maka pada besok
pagi akan terjadi banjir darah. Mendengar ancaman para pemuda kemudian Bung
Karno berkata “Ini leherku, kalau kamu mau membunuhku, putuskan. Tidak usah
menunggu besok pagi!” Kemudian Wikana mundur dari hadapan Bung Karno.
Pada pagi hari tanggal 16 Agustus 1945, ketika Bung Hatta akan makan
sahur, karena pada saat itu sedang bulan Romadhlon, para pemuda menemuinya dan
menyampaikan bahwa rakyat bersama para mahasiswa pada jam 12.00 siang akan
menyerbu Jakarta. Kemudian Bung Hatta menyakinkan para pemuda, meskipun
sekarang Jepang sudah kalah, tetapi tentaranya dipulau Jawa masih utuh. Sebab
dengan menyerang Jepang di Jakarta tidak berarti mengadakan revolusi, tetapi
membuat huru-hara yang dapat merugikan revolusi itu sendiri.
Kemudian Sukarni bicara;”Bung, sudah menjadi kesepakatan para teman
pemuda, Bung Karno supaya ikut kami dibawa ke Rengasdengklok.” Bung Hatta ingat
bahwa besok PPKI akan mengadakan rapat untuk membicarakan masalah proklamasi.
Akhirnya Bung Hatta menuruti permintaan Sukarni. Setelah menjemput Bung Karno,
dengan naik mobil dengan dikawal para pemuda, kemudian pergi ke Rangasdengklok.
Ibu Fatmawati beserta putranya Guntur yang masih berumur 9 bulan juga ikut
serta dibawa ke Rengasdengklok.
Camat Rengasdengklok kaget, pada malam hari kedatangan para
tokoh-tokoh bangsa bersama para pemuda. Kemudian Bung Karno menjelaskan “Di
sini kita ditawan para pemuda yang katanya ingin mengadakan revolusi, menyerbu
serta menangkap Jepang yang ada di tanah Jawa sini.” Mendengar perkataan Bung
Karno, Pak Camat kemudian bilang “Apa ya bias ?”
Selanjutnya Bung Karno sekeluarga dan Bung Hatta ditempatkan
dirumahnya keluarga Tionghoa yang tidak jauh dari asrama PETA. Tengah siang
hari Sukarni lapor bahwa Mas Soetarjo Kartohadikoesoemo yang sedang memeriksa
mengenai keadaan beras diwilayahnya ditahan. Bung Hatta menyuruh agar Mas
Soetarjo Kartohadikoesoemo supaya kumpul bersama satu rumah.
Pada sore hari pada hari yang sama, Sukarni lapor bahwa Mr. Ahmad
Subardjo baru saja datang dari Jakarta. Kemudian Mr. Ahmad Subardjo
menyampaikan ; “Apa perlunya para sampai pemimpin dibawa kesini, sebab di
Jakarta masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan? Jangan membuang-buang
waktu disini, lebih baik pulang kembali ke Jakarta saja.”
Setelah pulang kembali ke Jakarta, setelah Mas Soetarjo
Kartohadikoesoemo, Ibu Fatmawati dan Guntur, kemudian para tokoh-tokoh bangsa
pergi kerumah Bung Hatta untuk mengatur acara rapat PPKI. Kemudian datang
jurubahasa pemerintah Jepang yaitu Miyoshi bahwa Soekarno-Hatta pada mala mini
juga harus bertemu dengan Mayor Jendral Nishimura selaku pejabat Urusan Umum
Pemerintahan Dai Nippon. Hal itu terjadi kira-kira jam 10.00 malam hari.
G.
lllllllll
H.
Perjuangan Mengisi Kemerdekaan
1.
Pembentukan Organisasi Pemuda
Sudah menjadi kodrat dari Yang Maha Kuasa,
bahwa terbentuknay Negara Kesatuan Republik Indonesia ini didukung oleh
golongan pemuda yang diwakili oleh Soekarni, Wikana serta golongan tua yang
diwakili oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.
Setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dapat terbentuk, golongan pemuda tetap berjuang, istilah ada waktu itu mengisi
kemerdekaan. Para pemuda membentuk berbagai macam organisasi politik dan
organisasi semi militer. Pusat organisasi pemuda dimulai dari Jl. Menteng Raya
31, Jakarta (sekarang menjadi museum perjuangan), kemudian menyebar kekota-kota
lain. Sehingga pada masa awal kemerdekaan berdiri berbagai organisasi pemuda,
seperti Pemuda Republik Indonesia, Pemuda Andalas, Hizbullah, Sabilillah,
Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia, Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi,
Pemuda Indonesia Maluku, Ikatan Pemuda Kalimantan dan lain-lain. Dari kalangan
pelajar juga membentuk organisasi, seperti Ikatan Pelajar Indonesia, Tentara
Pelajar, Tentara Republik Indonesia Pelajar, Tentara Genie Pelajar dan Corp
Mahasiswa. Sedangkan bagi pemuda yang berjuang melalui politik kemudian
membentuk Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, Pemuda
Kristen Protestan Indonesia, Pemuda Katholik, Angkatan Comunis Muda dan
lain=lain.
2.
Tentara Sekutu Masuk Indonesia
Mungkin karena sudah menjadi kehenkan
TUHAN, bahwa datangnya pasukan Sekutu ke Indonesia terlambat. Setelah Jepang
kalah perang, Kepala Staf Gabungan Pasukan Sekutu (Joint Chiefs of Staff)
menugaskan pasukan Inggris untuk menjaga pulau Jawa dan Sumatera di Indonesia,
jangan sampai terjadi perubahan. Sedangkan tugas lain pasukan Inggris di
Indonesia adalah melucuti senjata tentara Jepang, mengeluarkan para tawanan
(orang Belanda) dari kamp-kamp tentara Jepang.
Terlambatnya pasukan Inggris masuk ke
Indonesia, karena kekurangan kapal pengangkut yang sudah rusak selama perang.
Inggris kurang senang ditugaskan di Indonesia, karena bukan wilayah jajahannya.
Tentara Inggris sedang istirahat dan ingin berkumpul bersama keluarga, setelah
berhasil mengalahkan lawan. Karena keterlambatan tersebut, maks menjadi kesempatan yang sangat baik bagi bangsa
Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan, memilih presiden dan wakil
presiden, membentuk kabinet, membentuk Badan Keamanan Rakyat, mengangkat
gubernur.
Setengah bulan setelah Indonesia merdeka,
tentara Inggris mendarat di Jawa, Sumatera, Medan, Padang, Jakarta Semarang dan
Surabaya. Masuknya tentara Inggris menimbulkan perlawanan, karena minta agar
rakyat Indonesia menyerahkan senjata. Selin itu, masuknya tentara Inggris ke
Indonesia diboncengi oleh pasukan NICA-Belanda. Setelah Belanda dikalahkan oleh
Jepang, kemudian membentuk pemerintah pelarian di Australia, yaitu Netheland
Indische Civil Administration. Karena sudah tidak memiliki apa-apa, Belanda
mengikuti pasukan Inggris masuk ke Indonesia, sehingga menimbulkan kecurigaan
bagi pihak Indonesia.Akibatnya timbul pertempuran di Surabaya, Semarang,
Bandung, Medan, Ambarawa, Magelang, Palembang dan daerah-daerah lain.