3. Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan
seni
Sejarah merupakan
peristiwa yang pernah dialami oleh manusia pada masa lampau. Kemudian
peristiwa-peristiwa tersebut dikisahkan kembali setelah terlebih dahulu dikaji
berdasarkan metodologi disiplin ilmu sejarah. Sehingga kisah tentang peristiwa
sejarah tersebut dapat dipercaya kebenarannya, karena didasarkan pada
bukti-bukti autentik yang berhubungan dengan ruang, waktu dan manusia.
Agar didalam
memaparkan kembali peristiwa-peristiwa tersebut dapat menggambarkan pada
kejadian yang sesungguhnya, maka dibutuhkan daya imajinasi yang kuat. Di mana
dalam memaparan kembali peristiwa sejarah tersebut, seorang penulis harus dapat
membayangkan tempat, waktu dan tokoh-tokoh yang berperanan pada saat peristiwa
itu terjadi.
a. Sejarah sebagai peristiwa
Sejarah sebagai
peristiwa ( history as event ) merupakan sejarah
sebagaimana terjadinya peristiwa ( histoir realite ) yang
berhubungan dengan perubahan didalam kehidupan manusia. Oleh karena itu
peristiwa sejarah harus saling berkaitan dengan peristiwa yang lain, serta
memiliki hubungan sebab akibat. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa
lampau menjadi materi yang sangat penting dalam pembahasan ilmu sejarah.
Menurut R. Mohammad
Ali sejarah sebagai peristiwa ( res gestae ) disebut
sejarah objektif karena menunjuk pada peristiwa atau kejadian itu sendiri.
Sejarah sebagai peristiwa hanya berlangsung satu kali serta tidak memuat
unsur-unsur subjektif baik pelaku maupun saksi sejarah. Tidak semua peristiwa
menjadi sejarah apabila tidak ada hubungannya dengan peristiwa yang lain.
b. Sejarah sebagai kisah
Sejarah sebagai
kisah ( history as narative ) adalah cerita sejarah yang
disusun dari catatan, kesan dan tafsiran
manusia terhadap kejadian yang berlangsung pada masa lampau. Sejarah sebagai
peristiwa bersifat subjektif karena dipengaruhi oleh latar belakang kepribadian
dan sifat sejarawan. Sejarah yang demikian ini dalam kehidupan sehari-hari
dikenal sebagai cerita tertulis yang dapat dibaca oleh setiap orang dalam
majalah, koran, tabloid dan sebagainya.
Menurut Huizinga
seorang sejarawan dari Belanda mengatakan bahwa sejarah adalah suatu kisah yang
telah berlalu. Sejarah sebagai kisah ( histoire recite )
mencoba menangkap dan memahami sejarah sebagaimana terjadinya ( histoire
realite ). Sejarah seperti ini merupakan narasi yang disusun
berdasarkan memori, kesan dan tafsiran terhadap kejadian masa lampau. Maka
sejarah seperti ini bersifat subjektif karena dipengaruhi oleh faktor-faktor
kepentingan dan nilai yang diperjuangankan, kelompok sosial, perbendaharaan
pengetahun yang dimiliki, serta kemampuan bahasa yang dimiliki.
Setiap kejadian
masa lampau meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sangat penting sebagai sumber
untuk menyusun kisah sejarah. Jejak-jejak sejarah berisi rangkaian kejadian
dalam lingkup kehidupan manusia yang menjadi sumber penting untuk penulisan
sejarah. Penulisan sejarah sebagai kisah tidak hanya melihat sebagaimana suatu
peristiwa itu terjadi, tetapi harus memperhatikan faktor-faktor pendukung
munculnya peristiwa.
c. Sejarah sebagai ilmu
Untuk memahami
sejarah sebagai ilmu terlebih dahulu harus mengerti apa itu pengertian ilmu.
Ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis dan logis untuk
menerangkan gejala-gejala alam dan sosial. Sedangkan pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui melalui cerita orang lain, mengalami sendiri dan
penelitian ilmiah. Apabila pengetahuan tersebut diperoleh dengan mendengarkan
cerita orang lain belum lengkap karena tidak disertai dengan bukti-bukti.
Pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman, kebenarannya tergantung pada
ketajaman panca indera. Sedangkan pengetahuan yang didasarkan pada penelitian
kebenarannya lebih kuat karena didukung oleh fakta dan data ilmiah.
Sebagai ilmu maka
sejarah memiliki metode ilmiah yang terdiri dari tiga aspek, yaitu :
1. Aspek teoritis yaitu menemukan prinsip-prinsip
pemecahan masalah untuk mencapai kebenaran sejarah.
2. Aspek metodologi yaitu mencari cara untuk
menemukan kebenaran sejarah melalui proses menguji dan menganalisa secara
kritis terhadap sumber dan peninggalan sejarah.
3. Aspek teknik yaitu ketrampilan tertentu untuk
menggunakan sarana penelitian ilmiah agar dapat memperoleh kebenaran sejarah.
Tugas ilmu sejarah adalah untuk
memahami, menerangkan dan menghidupkan kembali sebagian masa lampau. Maka
Leopold von Ranke menganjurkan kepada para sejarawan untuk menulis apa yang
sesungguhnya terjadi, maka sejarah akan menjadi objektif. York Powell
mengatakan bahwa sejarah bukan sekedar cerita indah, instruktif dan
mengasyikkan, tetapi merupakan cabang ilmu pengetahuan. Sehingga terjadi
pemisahan antara sejarah ilmiah dengan sejarah populer, sebagai berikut :
1. Sejarah ilmiah dikenal sebagai sejarah
akademis yang dalam pembahasannya menggunakan metode ilmiah, sehingga terkesan
kaku bila dibaca. Penggunaan metode ilmiah dimaksudkan untuk menghindari
kesalahan-kesalahan bahkan memperkecilnya sehingga dapat dipertanggung
jawabkan.
2. Sejarah populer berdasarkan sastra, sehingga
menarik untuk dibaca tetapi tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya
secara ilmiah.
d. Sejarah sebagai seni
Penulisan karya
sejarah sebagai kisah menggunakan sumber-sumber sejarah yang diperoleh melalui
penelitian. Sumber tersebut adalah berupa dokumen, arsip, data statistik dan
catatan-catatan peristiwa. Meskipun sejarah disusun dengan metode ilmiah, namun
dalam penyajiannya harus memperhatikan unsur keindahan bahasa, seni penulisan
dan kemampuan berpikir ilmiah.
Sejarah adalah
pengetahuan tentang rasa yang dalam penyajian peristiwa-peristiwa masa lampau
memerlukan pemahaman dan pendalaman akan bahan-bahan yang dipelajari. Pemahaman
terhadap jiwa sejarah hanya mungkin dapat dilakukan oleh seni, sedangkan metode
ilmiah bermanfaat untuk menguji arti dan nilai bahan sejarah. Maka pemahaman
sejarah secara imajinatif akan menjadikan fakta sejarah lebih berarti dan lebih
hidup. Dengan melibatkan emosi dalam penulisan sejarah, maka akan dapat
mewariskan nilai-nilai luhur yang terkandung didalam setiap peristiwa atau
kejadian.
Sejarah sebagai
seni akan kehilangan ketepatan dan objektifitas yang berarti tidak ada
kesesuaian antara fakta dengan penulisan sejarah. Karena seni merupakan hasil
imajinasi maka yang terjadi adalah unsur-unsur subjektifitas dan masih terdapat
pandangan individu maupun kelompok dalam penulisan karya sejarah.
SUMBER ANJING!
BalasHapusSUMBER ANJING!
BalasHapusTERIMA KASIH..!!
BalasHapusTERIMA KASIH..!!
BalasHapus