Kamis, 09 Februari 2012

Kedudukan Sejarah


3.   Sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni
Sejarah merupakan peristiwa yang pernah dialami oleh manusia pada masa lampau. Kemudian peristiwa-peristiwa tersebut dikisahkan kembali setelah terlebih dahulu dikaji berdasarkan metodologi disiplin ilmu sejarah. Sehingga kisah tentang peristiwa sejarah tersebut dapat dipercaya kebenarannya, karena didasarkan pada bukti-bukti autentik yang berhubungan dengan ruang, waktu dan manusia.
Agar didalam memaparkan kembali peristiwa-peristiwa tersebut dapat menggambarkan pada kejadian yang sesungguhnya, maka dibutuhkan daya imajinasi yang kuat. Di mana dalam memaparan kembali peristiwa sejarah tersebut, seorang penulis harus dapat membayangkan tempat, waktu dan tokoh-tokoh yang berperanan pada saat peristiwa itu terjadi.

a.       Sejarah sebagai peristiwa
Sejarah sebagai peristiwa ( history as event ) merupakan sejarah sebagaimana terjadinya peristiwa ( histoir realite ) yang berhubungan dengan perubahan didalam kehidupan manusia. Oleh karena itu peristiwa sejarah harus saling berkaitan dengan peristiwa yang lain, serta memiliki hubungan sebab akibat. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau menjadi materi yang sangat penting dalam pembahasan ilmu sejarah.
Menurut R. Mohammad Ali sejarah sebagai peristiwa ( res gestae ) disebut sejarah objektif karena menunjuk pada peristiwa atau kejadian itu sendiri. Sejarah sebagai peristiwa hanya berlangsung satu kali serta tidak memuat unsur-unsur subjektif baik pelaku maupun saksi sejarah. Tidak semua peristiwa menjadi sejarah apabila tidak ada hubungannya dengan peristiwa yang lain.
b.      Sejarah sebagai kisah
Sejarah sebagai kisah ( history as narative ) adalah cerita sejarah yang disusun  dari catatan, kesan dan tafsiran manusia terhadap kejadian yang berlangsung pada masa lampau. Sejarah sebagai peristiwa bersifat subjektif karena dipengaruhi oleh latar belakang kepribadian dan sifat sejarawan. Sejarah yang demikian ini dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai cerita tertulis yang dapat dibaca oleh setiap orang dalam majalah, koran, tabloid dan sebagainya.
Menurut Huizinga seorang sejarawan dari Belanda mengatakan bahwa sejarah adalah suatu kisah yang telah berlalu. Sejarah sebagai kisah ( histoire recite ) mencoba menangkap dan memahami sejarah sebagaimana terjadinya ( histoire realite ). Sejarah seperti ini merupakan narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan dan tafsiran terhadap kejadian masa lampau. Maka sejarah seperti ini bersifat subjektif karena dipengaruhi oleh faktor-faktor kepentingan dan nilai yang diperjuangankan, kelompok sosial, perbendaharaan pengetahun yang dimiliki, serta kemampuan bahasa yang dimiliki.
Setiap kejadian masa lampau meninggalkan jejak-jejak sejarah yang sangat penting sebagai sumber untuk menyusun kisah sejarah. Jejak-jejak sejarah berisi rangkaian kejadian dalam lingkup kehidupan manusia yang menjadi sumber penting untuk penulisan sejarah. Penulisan sejarah sebagai kisah tidak hanya melihat sebagaimana suatu peristiwa itu terjadi, tetapi harus memperhatikan faktor-faktor pendukung munculnya peristiwa.
c.       Sejarah sebagai ilmu
Untuk memahami sejarah sebagai ilmu terlebih dahulu harus mengerti apa itu pengertian ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis dan logis untuk menerangkan gejala-gejala alam dan sosial. Sedangkan pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui melalui cerita orang lain, mengalami sendiri dan penelitian ilmiah. Apabila pengetahuan tersebut diperoleh dengan mendengarkan cerita orang lain belum lengkap karena tidak disertai dengan bukti-bukti. Pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman, kebenarannya tergantung pada ketajaman panca indera. Sedangkan pengetahuan yang didasarkan pada penelitian kebenarannya lebih kuat karena didukung oleh fakta dan data ilmiah.
Sebagai ilmu maka sejarah memiliki metode ilmiah yang terdiri dari tiga aspek, yaitu :
1.      Aspek teoritis yaitu menemukan prinsip-prinsip pemecahan masalah untuk mencapai kebenaran sejarah.
2.      Aspek metodologi yaitu mencari cara untuk menemukan kebenaran sejarah melalui proses menguji dan menganalisa secara kritis terhadap sumber dan peninggalan sejarah.
3.      Aspek teknik yaitu ketrampilan tertentu untuk menggunakan sarana penelitian ilmiah agar dapat memperoleh kebenaran sejarah.
Tugas ilmu sejarah adalah untuk memahami, menerangkan dan menghidupkan kembali sebagian masa lampau. Maka Leopold von Ranke menganjurkan kepada para sejarawan untuk menulis apa yang sesungguhnya terjadi, maka sejarah akan menjadi objektif. York Powell mengatakan bahwa sejarah bukan sekedar cerita indah, instruktif dan mengasyikkan, tetapi merupakan cabang ilmu pengetahuan. Sehingga terjadi pemisahan antara sejarah ilmiah dengan sejarah populer, sebagai berikut :
1.   Sejarah ilmiah dikenal sebagai sejarah akademis yang dalam pembahasannya menggunakan metode ilmiah, sehingga terkesan kaku bila dibaca. Penggunaan metode ilmiah dimaksudkan untuk menghindari kesalahan-kesalahan bahkan memperkecilnya sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
2.   Sejarah populer berdasarkan sastra, sehingga menarik untuk dibaca tetapi tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah.
d.      Sejarah sebagai seni
Penulisan karya sejarah sebagai kisah menggunakan sumber-sumber sejarah yang diperoleh melalui penelitian. Sumber tersebut adalah berupa dokumen, arsip, data statistik dan catatan-catatan peristiwa. Meskipun sejarah disusun dengan metode ilmiah, namun dalam penyajiannya harus memperhatikan unsur keindahan bahasa, seni penulisan dan kemampuan berpikir ilmiah.
Sejarah adalah pengetahuan tentang rasa yang dalam penyajian peristiwa-peristiwa masa lampau memerlukan pemahaman dan pendalaman akan bahan-bahan yang dipelajari. Pemahaman terhadap jiwa sejarah hanya mungkin dapat dilakukan oleh seni, sedangkan metode ilmiah bermanfaat untuk menguji arti dan nilai bahan sejarah. Maka pemahaman sejarah secara imajinatif akan menjadikan fakta sejarah lebih berarti dan lebih hidup. Dengan melibatkan emosi dalam penulisan sejarah, maka akan dapat mewariskan nilai-nilai luhur yang terkandung didalam setiap peristiwa atau kejadian.
Sejarah sebagai seni akan kehilangan ketepatan dan objektifitas yang berarti tidak ada kesesuaian antara fakta dengan penulisan sejarah. Karena seni merupakan hasil imajinasi maka yang terjadi adalah unsur-unsur subjektifitas dan masih terdapat pandangan individu maupun kelompok dalam penulisan karya sejarah.

4 komentar: