a. Folklor
Pengertian
folklor secara etimologi berasal dari kata folk dan lore. Folk artinya kolektif
atau bersama-sama. Sedangkan lore menunjukkan pada proses tradisi pewarisan
kebudayaan secara turun-temurun. Folklor berkembang pada masyarakat yang
memiliki kesamaan cita-cita, ciri-ciri fisik, sosial dan budaya. Jadi folklore
lebih menunjukkan pada kesamaan identitas dalam suatu kelompok untuk
membedakannya dengan kelompok yang lain.
Menurut
James Danandjaja, folklor adalah suatu kebudayaan suatu masyarakat yang
diwariskan secara turun-temurun dalam bentuk lisan, gerak isyarat dan alat
bantu pengingat (mnemonic device). Folklor merupakan sebagian dari unsur
kebudayaan yang penyebarannya dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut atau
dengan cara-cara lain. Sehingga folklor terdiri atas floklor lisan dan bukan
lisan.
Sebagai
tradisi lisan, folklor berkembang sejak masyarakat prasejarah atau praaksara
sampai sekarang. Dengan demikian tradisi lisan merupakan unsur dari folklor itu
sendiri, sedangkan cakupan folklor lebih luas jika dibandingkan dengan tradisi
lisan. Sehingga antara jenis folklor dengan tradisi lisan memiliki perbedaan,
sebagai berikut :
1. Floklor mencakup semua tradisi lisan,
tari-tarian rakyat dan nyanyian rakyat.
2. Tradisi lisan terdiri dari cerita rakyat,
teka-teki rakyat, peribahasa rakyat dan nyanyian rakyat.
Bagi
sekelompok masyarakat yang memiliki kesamaan identitas, folklor memiliki fungsi
sebagai berikut :
1. sebagai
sistim proyeksi untuk mencerminkan angan-angan suatu kelompok tertentu.
2. sebagai
alat untuk mengesyahkan pranata-pranata sosial dan lembaga-lembaga kebudayaan.
3. sebagai
alat pendidikan terhadap anak-anak dalam menerima pewarisan kebudayaan.
4. sebagai
alat pemaksa terhadap norma-norma sosial agar dipatuhi oleh warga atau anggota
kelompok.
b. Mitologi
Mitologi
adalah ilmu tentang kesusastraan yang mengandung konsep tentang hubungan antara
proses penciptaan alam semesta dan manusia oleh para dewa serta hubungannya
dengan arwah para leluhur atau pahlawan pada suatu bangsa. Cerita yang terdapat
dalam mitologi disampaikan dalam bentuk prosa dengan mengambil tokoh para dewa
atau manusia setengah dewa, yang dianggap benar-benar telah terjadi.
Karena
cerita dalam mitologi lebih banyak mengandung unsur magis dan keajaiban, maka
didalam menginterpretasikan peristiwa-peristiwa sangat jauh dari fakta-fakta
sejarah. Dimana peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam mitologi baik yang
berhubungan dengan nama tempat, nama tokoh serta tema merupakan hasil imajinasi
dari pembuat cerita. Sedangkan cerita yang terkandung dalam mitologi itu
sendiri adalah mengenaui uraian-uraian filsafat dengan menggunakan
lambang-lambang tertentu, misalnya dewa, roh suci, manusia setengah dewa,
binatang suci dan sebagainya.
Berdasarkan
asal-usulnya, adanya dua macam mitologi yang tersebar dalam masyarakat
Indonesia. Mitologi asli Indonesia biasanya mengisahkan tentang terjadinya alam
semesta, susunan para dewa, dunia kedewataan, terjadinya manusia pertama, tokoh
pembawa kebudayaan dan terjadinya bahan makanan pokok, seperti beras. Contohnya
adalah cerita tentang Dewi Sri sebagai keturunan para dewa yang menjelma dibumi
menjadi padi. Nyai Roro Kidul yang dihubungkan dengan kerajaan Mataram Islam,
Joko Tarub yang beristrikan seorang bidadari.
c. Legenda
Legenda
adalah cerita rakyat pada jaman dahulu yang masih memiliki hubungan dengan
peristiwa-peristiwa sejarah serta dikisahkan dalam bentuk prosa. Selain
bersifat keduniawian (sekuler), legenda juga bersifat migratoris artinya sering
berpindah-pindah tempat, sehingga dapat dikenal luas pada setiap daerah. Adapun
cerita-cerita yang terdapat didalam legenda pada umumnya berisi tentang petuah
atau nasehat mengenai sifat dan kerakter manusia yang berhubungan dengan
kebaikan dan kejahatan. Sehingga petuah-petuah yang terdapat didalam legenda
perlu diwariskan pada generasi penerusnya agar dapat dijadikan pedoman.
Peristiwa-peristiwa
yang terdapat dalam cerita legenda dianggap benar-benar telah terjadi, sehingga
merupakan sejarah kolektif yang tidak tertulis. Apabila cerita tersebut akan
diangkat untuk merekonstruksi sejarah, maka bagian-bagian legenda yang
mengandung unsur folk dan pralogis harus dibersihkan terlebih dahulu.
Legenda
terdapat pada setiap kebudayaan, bahkan jumlahnya lebih banyak jika dibanding
dengan mitologi. Karena cerita yang terdapat pada legenda itu sendiri
berhubungan dengan adat-istiadat, kepercayaan setempat, cerita kepahlawanan dan
yang terjadi pada suatu daerah tertentu. Oleh karena itu sekelompok masyarakat
yang menjadi pendukung kebudayaan memiliki legenda tersendiri. Sebagai contoh
legenda Sangkuriang yang memiliki hubungan erat dengan terbentuknya gunung
Tangkuban Perahu di Jawa Barat. Pada setiap daerah memiliki legenda-legenda
tersendiri, seperti Legenda Ken Arok, Legenda Panji, Legenda Nyi Rara Kidul,
Legenda Sangkuriang, Legenda Wali Songo, Legenda si Malin Kundang, Legenda si
Pitung dan Legenda Sarif Tambakyoso.
d. Upacara
Upacara
adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan
tertentu berdasarkan adat-istiadat, agama atau kepercayaan. Melalui upacara
tersebut manusia dapat mengetahui dan menemukan kembali asal-usulnya, sehingga
dapat menyadari akan arti kehidupannya, baik bagi dirinya, orang lain, bangsa
dan agama. Karena dalam setiap upacara mengandung nilai-nilai sakral maupun
moral yang dapat membentuk tingkah laku atau perbuatan yang labih baik. Adapun
jenis-jenis upacara tradisional antara lain seperti upacara penguburan, upacara
pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang dan sebagainya.
Tradisi
upacara mulai berkembang sejak jaman prasejarah yaitu setelah manusia purba
sudah mulai mengenal sistim kepercayaan animisme, dinamisme dan monotheisme.
Tradisi upacara yang dilakukan adalah untuk mengenang peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi, seperti bencana alam, wabah penyakit (pageblug), peristiwa
kematian yang dihubungkan dengan adanya kekuatan-kekuatan magis. Karena
kekuatan-kekuatan magis, seperti dewa, arwah nenek moyang dan roh halus dapat
dimintai pertolongan untuk membantu mengatasi berbagai peristiwa yang dapat
membahayakan manusia. Oleh karena itu manusia mulai mengadakan upacara-upacara
ritual sesuai adatnya masing-masing untuk menghormati kekuatan-kekuatan magis
tersebut.
e. Nyanyian
Rakyat
Menurut
Jan Harold Brunvand nyanyian rakyat adalah suatu genre atau bentuk folklore
yang terdiri dari teks dan lagu yang
beredar secara lisan diantara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional
dan mempunyai banyak variasi (varian). Ada beberapa perbedaan antara nyanyian
rakyat dengan nyanyian pop dan klasik, sebagai berikut :
1. Bentuk
dan isi yang terdapat pada nyanyian rakyat dapat dengan mudah berubah-ubah.
2. Nyanyian
rakyat lebih abadi atau berumur panjang daripada nyanyian pop dan klasik.
3. Merupakan
tradisi lisan yang penyebarannya dapat dilakukan secara lisan sehingga banyak
memiliki variasi-variasi.
Nyanyian
rakyat ada yang bersifat sesungguhnya dan ada yang tidak sesungguhnya. Nyanyian
rakyat sesungguhnya yaitu antara lirik dan lagu sama-sama kuat, sedangkan yang
tidak sesungguhnya antara lirik dan lagu biasanya lagunya yang menonjol atau
sebaliknya. Sedangkan teks dan lagu pada nyanyian rakyat merupakan satu
kesatuan yang utuh dan terpadu. Sehingga teks biasanya dinyanyikan tidak harus
dengan lagu yang sama, sebaliknya lagu yang sama dapat digunakan untuk
menyanyikan teks yang berbeda.
Sedangkan
isi yang terdapat pada nyanyian rakyat dapat menggambarkan seluruh kondisi
sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat. Karena isi dari nyanyian rakyat
merupakan ajaran-ajaran moral dan budaya yang meliputi keadaan geografis,
peristiwa sejarah, mitos, legenda, keagamaan, pendidikan, cara bercocok tanam
dan mengolah tanah. Jenis-jenis nyanyian rakyat dapat dibedakan menurut
kegunaannya, yaitu :
1. Nyanyian rakyat aba-aba digunakan untuk
menggugah semangat gotong royong masyarakat. Contohnya aba-aba nyanyian rakyat
dari Jawa Timur holobis kuntul baris, dari Sulawesi
Selatan yaitu rambate rasa hayo.
2. Nyanyian
rakyat permainan yang digunakan untuk mengiringi anak-anak yang sedang bermain
berbaris. Contohnya nyanyian permainan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yaitu baris
terik tempe, ridong udele bodong (berbaris seperti lauk dari tempe,
Ridong pusarnya menonjol).
Berdasarkan
isinya nyanyian rakyat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, antara lain :
1. Nyanyian
rakyat untuk permainan anak-anak.
2. Nyanyian
rakyat umum.
3. Nyanyian
rakyat Kerohanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar