a. Jaman batu besar (Megalithicum)
Kebudayaan batu besar menghasilkan benda-benda dan
bangunan-bangunan monumental yang terbuat dari batu besar dan masif. Pembuatan
dan pendirian bangunan-bangunan batu besar digunakan sebagai sarana pemujaan
atau penghormatan terhadap arwah nenek moyang.
Munculnya kebudayaan batu besar ini terjadi pada jaman
batu baru (neolithicum), kemudian
berlangsung sampai pada jaman logam. Pada jaman logam perkembangan kebudayaan
batu besar terus meluas keseluruh wilayah Indonesia. Sehingga hasil kebudyaan
batu besar dapat ditemukan di Pulau Nias (Sumatera), Sumba dan Flores (Nusa
Tenggara), serta Toraja (Sulawesi).
Sedangkan hasil penting dari kebudayaan batu besar ini
berupa menhir, dolmen, punden berundak,
peti kubur batu, sarkofagus, waruga dan arca-arca
megalithik. Bersama-sama bangunan batu besar biasanya ditemukan pula
alat-alat dari jaman neolithicum dan
jaman logam. Tetapi temuan bersama yang paling banyak adalah alat-alat dari
jaman logam. Dengan demikian pada jaman logam, kebudayaan batu besar berkembang
pesat. Adapun hasil-hasil kebudayaan batu besar, sebagai berikut :
1. Menhir
Menhir merupakan tugu batu, tebuat dari lempengan batu
yang ditanam kedalam tanah. Menhir memiliki fungsi untuk mengikat hewan-hewan
yang akan dikurbankan pada saat upacara pemujaan terhadap arwah leluhur.
Menhir
yang ditemukan didesa; Dagan, Bobotsari, Purbaling (Jawa Tengah), jumlahnya ada
tiga, antara lain :
1.
Dua buah batu menhir terletak
didukuh Mujan
Bangunan menhir
bentuknya semacam tugu terbuat dari lempengan batu utuh. Lempengan batu ini
kemudian sebagian ditanam di dalam tanah, sedangkan sisanya ada di atas
permukaan tanah. Bangunan ini digunakan untuk mengikat hewan kurban pada saat
melakukan upacara pemujaan terhadap
arwah nenek moyang. Letak batu menhir Mujan, berada didua aliran sungai, yaitu
sungai Klawin dan sungai Longkrang
Bangunan menhir
tersebut terdiri dari dua macam batu yang ukurannya berbeda serta ditanam
berjajar. Batu pada bagian depan berukuran panjang sebagai menhir utama,
sedangkan batu bagian belakang berukuran pendek sebagai penyangga menhir utama.
Satu buah batu menhir
terletak didukuh Glempang
Bangunan menhir yang terletak didesa Dagan, dukuh Glempang Rt 05, Rw 09, memiliki bentuk yang
berbeda dengan yang terdapat didukuh mujan. Bangunan batu menhir yang terdapat
didukuh Glempang ini, terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Satu buah batu utama yang
terletak diatas dua batu sebagai penyangga, merupakan dolmen yang biasanya
digunakan untuk meletakkan sesaji. Dolmen tersebut terbuat dari lempengan batu
kali dengan ukuran; pajang 64Cm, lebar 34Cm, tebal 5Cm.
b. Dua buah batu penyangga yang
terletak dibawah batu utama, merupakan menhir yang digunakan untuk menambatkan
hewan kurba. Ada kemungkinan kedua batu penyangga
tersebut, tingginya kira-kira lebih dari satu meter. Hal ini mengingat bahwa
kedua batu penyangga tadi terkubur di dalam tanah. Akan tetapi jika dilihat
dari permukaan tanah kedua batu penyangga mempunyai bentuk dan ukuran yang
berbeda-beda. Batu B mempunyai ukuran panjang 33Cm, lebar 34Cm dan tebal 23Cm,
sedangkan batu C mempunyai ukuran
panjang 21Cm, lebar 26Cm, tebal 6Cm. Karena letaknya yang saling bertumpangan,
maka oleh penduduk setempat disebut sebagai “watu tumpang” yang artinya batu tumpang.
1. Dolmen
Dolmen adalah meja batu yang digunakan untuk
meletakkan sejaji. Dolmen yang terdapat didesa Dagan, terdiri dari dua macam,
yaitu :
A. Dolmen
besar
Dolmen besar merupakan meja batu, yang terbuat dari
lempengan batu besar berbentuk bulat-lonjong dan pipih. Dolmen ini terletak
ditepi aliran sungai Klawing dan saluran irigasi, tetapi posisinya berdiri,
ditanam dalam tanah serta disangga oleh batu-batu kecil. Ada kemungkinan,
ketika baru ditemukan dolmen tersebut letaknya diatas permukaan tanah.
Sehingga
ketika Belanda menggali bangunan irigasi pada tahun 1881, dolmen tersebut
diselamatkan. Agar tidak mengghalangi aliran air, maka oleh Belanda, dolmen
tersebut diletak ditepi saluran dengan posisi berdiri. Oleh karena itu,
penduduk setempat menyebutnya sebagai “watu
ngadeg” yang artinya batu berdiri.
b. Dolmen kecil
Dolmen kecil terdiri dari satu buah batu utama yang terletak diatas dua
batu sebagai penyangga, merupakan dolmen yang biasanya digunakan untuk
meletakkan sesaji. Dolmen tersebut terletak didesa Dagan, dukuh Glempang Rt 05, Rw 09. Oleh karena
letaknya diatas dua buah batu penyangga, maka penduduk setempat menyebutnya
sebagai “watu tumpang” artinya batu
tumpang.
1. Punden Berundak-Undak
Punden berundak-undak merupakan bangunan yang terbuat
batu yang disusun bertingkat. Adapun fungsi bangunan ini adalah untuk melakukan
pemujaan terhadap arwah leluhur. Bangunan punden berundak yang paling tua dan
paling besar bentuknya ditemukan didukuh Watu Tumpang,
desa Banjarsari, Kecamatan Bobotsari.
Letaknya disebelah
utara dukuh Mujan, menyeberangi sungai Klawing. Pedukuhan ini merupakan daerah
perbukitan, dimana pada ujung puncak sebelah barat tepatnya ditebing sungai
Klawing, terdapat bangunan batu besar. Bangunan batu besar ini oleh penduduk
setempat disebut “Watu Tumpang,“ tetapi jika dilihat dari keadaan
yang sesungguhnya menyerupai punden berundak-undak.
Bangunan ini terdiri dari tiga buah
batu kali yang disusun berundak-undak, menghadap kearah timur. Pada batu bagian
bawah berukuran besar, merupakan pondasi alam yang sangat kuat dengan permukaan
bagian atasnya rata. Pada permukaan bagian atas batu tersebut, disebelah
timurnya dibiarkan kosong, sedangkan disebelah barat digunakan untuk meletakkan
dua buah batu. Tiap-tiap susunan batu mempunyai bentuk dan ukuran yang
berbeda-beda. Pada susunan kedua terdapat batu berukuran sedang dengan
permukaan rata, sehingga dapat digunakan untuk meletak batu ketiga. Sedangkan
pada susunan ketiga terdapat batu terakhir yang berukuran kecil.
Belajar sejarah
BalasHapusHow to make money from a poker game - Work Tomake Money
BalasHapusThe easiest way to do this is to bet on which poker player is deccasino to bet the money. In a real money poker game, you are betting on the player 유튜브 to หาเงินออนไลน์ win a particular