Sesungguhnya peninggalan jaman
prasejarah tidak hanya terdapat didukuh Mujan saja. Namun persebarannya meluas
ketempat – tempat lain, diantaranya ada yang terdapat desa Dagan. Hal ini karena peninggalan prasejarah pada kedua tempat
tersebut letaknya ditepi sungai Klawing dan Sungai Longkrang. Dengan demikian
menunjukkan bahwa daerah yang terletak pada dua aliran sungai tadi, pernah
menjadi tempat tinggal manusia purba. Karena daerah - daerah yang letaknya
ditepi aliran sungai banyak menyediakan bahan makanan berupa ikan.
Peninggalan prasejarah yang terdapat
didesa Dagan, merupakan hasil kebudayaan batu besar Kemudian oleh penduduk
setempat dikenal dengan sebutan “watu tumpang” dan “watu
ngadeg”. Akan tetapi kedua bangunan ini sampai sekarang belum mendapat
perlindungan hukum dan perhatian dari pemerintah.
“Watu tumpang” artinya batu tumpang, letaknya
ditepi sungai Longkrang,
sebelah selatan desa Dagan, tepatnya didukuh Glempang Rt 05, Rw 09.
Adapun bentuk bangunan batu tumpang ini menyerupai dolmen berukuran kecil yang
terbuat dari tiga buah lempengan batu, dua diantaranya ditanam dalam tanah
untuk menyangga lempengan batu diatasnya. Masing – masing batu mempunyai
dimensi dan ukuran yang berbeda – beda. Ada kemungkinan kedua batu penyangga
tersebut, tingginya kira-kira lebih dari satu meter. Hal ini mengingat bahwa
kedua batu penyangga tadi terkubur di dalam tanah. Akan tetapi jika dilihat
dari permukaan tanah kedua batu penyangga mempunyai bentuk dan ukuran yang
berbeda-beda. Batu B mempunyai ukuran panjang 33Cm, lebar 34Cm dan tebal 23Cm,
sedangkan batu C mempunyai ukuran
panjang 21Cm, lebar 26Cm, tebal 6Cm. Namum pada ada batu A yang terletak diatas
permukaan tanah, mempunyai ukuran pajang64Cm, lebar 34Cm, tebal 5Cm, sehingga
dapat dilihat dengan jelas. Batu yang digunakan untuk membuat bangunan ‘’watu
tumpang ‘’ yaitu berupa batu kali.
Adapun kegunaan batu tumpang tersebut
yaitu untuk meletekkan sesaji yang akan dipersembahkan pada arwah nenek moyang
atau kekuatan-kekuatan gaib lainnya. Tetapi pada bangunan tersebut belum diberi
hiasan sama sekali, hal ini menunjukkan bahwa manusia purba belum mengenal
seni.
Di tempat lain juga terdapat
peninggalan jaman kebudayaan batu besar yang letaknya sekitar lima ratus meter
dari batu tumpang, kearah utara, tepatnya ditepi sungai Klawing. Sehingga masih
berhubungan dengan bangunan batu menhir didukuh Mujan dan bangunan punden
berundak didukuh Watu Tumpang, desa Banjarsari. Bangunan batu besar yang
terletak di Rt 03 Rw 03 desa Dagan, terbuat dari lempengan batu kali berukuran
besar dan lebar oleh penduduk setempat disebut “ Watu Ngadeg “
artinya batu berdiri.
“Watu Ngadeg” atau batu
berdiri merupakan satu bangunan
tersendiri, tanpa bangunan – bangunan lain disekitarnya. Ada kemungkinan
bangunan ini merupakan dolmen berukuran besar yang digunakan sebagai tempat
untuk meletakkan sesaji. Hal ini mengingat bahwa bangunan tersebut letaknya
sejajar dengan punden berundak di dukuh Watu Tumpang, desa Banjarsari.
Sedangkan dimensi bangunan watu
ngadeg ini berbentuk lonjong dan pipih. Di lihat dari permukaan tanah
bangunan ini mempunyai ukuran sebagai berikut; tinggi 225Cm, lebar 150Cm, tebal
56Cm. Akan tetapi pada permukaan bangunan batu ini sama sekali belum diberi
hiasan berupa ukiran.
Karena pada sisi sebelah kanan dibangun
saluran irigasi oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, pada tahun 1883 M,
maka bangunan tersebut kemudian diletakkan pada tepi saluran irigasi dan
ditanam dalam tanah dengan posisi berdiri. Sehingga sampai sekarang bangunan
batu berdiri masih tetap dijaga kelestarianya oleh penduduk setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar