ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini berjudul “ PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PADA KOMPETENSI DASAR MENDESKRIPSIKAN TRADISI SEJARAH DALAM
MASYARAKAT INDONESIA MASA PRAAKSARA DAN MASA AKSARA SISWA KELAS X A DI SMA NEGERI 1 KARANGREJA TAHUN
PELAJARAN 2010 / 2011 ”. Dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini
berangkat dari latar belakang perlunya pembaruan dalam kegiatan belajar
mengajar baik yang dilakukan oleh guru maupun oleh siswa khususnya pada mata
pelajaran sejarah. Rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat
berpengaruh pada hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah. Hal ini juga tidak hanya
terjadi pada diri siswa, tetapi dipengaruhi oleh peran guru sebagai
fasilitator, motivator serta masih digunakannya pendekatan pembelajaran
tradisional, materi pembelajaran tidak kontekstual.
Kegiatan pembelajaran yang masih menggunakan
pendekatan secara tradisional dapat menimbulkan kejenuhan, kebosanan serta
dapat menurunkan semangat, minat dan motivasi siswa dalam belajar. Dengan
demikian penelitian tindakan kelas sangat berperanan penting dalam meningkatkan
mutu kegiatan pembelajaran agar guru selalu mengadakan inovasi atau pembeharuan
baik terhadap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun menganalisis kegiatan
pembelajaran.
Kegiatan penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif untuk memperoleh data dan analisisnya melalui kajian-kajian
reflektif, partisipatif, dan kolaboratif. Sehingga pada kegiatan berikutnya
dilakukan pengembangan program pembelajaran berdasarkan pada data-data baik
yang diperoleh dari siswa, guru dan setting kegiatan sosial antar siswa maupun
siswa dengan guru baik didalam kelas maupun diluar kelas. Setiap kegiatan
pembelajaran pada penelitian ini direncanakan terlebih dahulu dan dilaksanakan
melalui tiga macam siklus.
Untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran baik yang
ditujukan pada proses khususnya yang menyangkut aktivitas belajar baik anata
guru dengan siswa, maka perlu digunakan pendekatan pembelajaran kooperatif
learning tipe jigsaw. Hal ini perlu dilakukan agar siswa dapat memahami dan
melaksanakan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif maupun jigsaw. Diharapkan
kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan menyenangkan, sehingga dapat
mencapai hasil belajar yang maksimal.
Setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas
maka dapat diperoleh data-data hasil evaluasi kegiatan belajar siswa melalui
ulangan ke 1 yaitu 64 (belum menggunakan pembelajaran kooperatif learning tipe
jigsaw). Setelah menggunakan jigsaw maka hasil evaluasi kegiatan belajar siswa
melalui ulangan meningkat menjadi 71 pada siklus I, 73 pada siklus II dan 76
pada siklus III. Adapun prosentase tingkat ketuntasan belajar siswa secara
klasikal sebelum menggunakan jigsaw adalah 56 %, setelah menggunakan jigsaw
secara bertahap mengalami peningkatan dari 72 % pada siklus I, 86 % pada siklus
II dan 100 % pada siklus III.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan proses yang sangat penting dan mempunyai peranan
utama dalam meningkatkan keberhasilan siswa. Di mana hasil belajar yang
diharapkan baik oleh guru maupun orang tua adalah terjadinya peningkatan
seluruh potensi yang dimiliki siswa, seperti kognitif, afektif dan
psikomotorik. Karena kegiatan belajar itu sendiri adalah proses latihan
terhadap seluruh potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena
itu, maka siswalah yang seharusnya turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan
belajar, sedangkan guru hanya berperan sebagai mediator, moderator, fasilitator
dan organisator.
Hasil belajar yang diharapkan kadang kala tidak dapat mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan baik didalam standar kompetensi lulusan maupun
kriteria ketuntasan minimal, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dapat
mencapainya. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar siswa masih
beranggapan bahwa hasil belajara lebih penting, sedangkan proses belajar
diabaikan. Oleh karena itu apabila hasil belajar yang diperoleh menurun maka
akan berpengaruh pada turunnya tingkat aktivitas belajar siswa.
Terjadinya ketidaksesuaian antara proses belajar dan hasil belajar
yang diharapkan oleh siswa karena dipengaruhi kurangnya sarana sumber belajar
yang dimiliki oleh siswa. Siswa belum dapat memahami model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw secara utuh dan menyeluruh serta belum dapat
melaksanakan proses pembelajaran melalui kegiatan diskusi kelompok.
Apabila
guru tidak tanggap terhadap gejala-gejala penyimpangan yang terjadi pada diri
siswa, maka akan berakibat pada semakin menurunnya tingkat aktivitas belajar.
Selain itu, seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa juga tidak dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik. Sebagai akibatnya dapat membawa dampak yang lebih
buruk, dimana siswa tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri dimasa yang
akan datang.
Terhadap
faktor-faktor yang dapat menghambat aktivitas belajar siswa, hendaknya guru
segera mengadakan perbaikan perencanaan pembelajaran yang berkaitan dengan
komponen-komponen seperti tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, model
pembelajaran, tipe pembelajaran, metode pembelajaran, sserta sumber belajar dan
alat penilaian.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah
sebagaimana yang tersebut diatas, maka dapat ditetapkan rumusan masalah sebagai
berikut ;
1.
Apakah Penerapan Model
Pembelajaran Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Sejarah Dapat Meningkatkan
Aktivitas Belajar Siswa Kelas X A di SMA Negeri 1 Karangreja Tahun Pelajaran
2010 / 2011 ?
2.
Apakah Penerapan Model
Pembelajaran Tipe Jigsaw Pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Tradisi Sejarah
Dalam Masyarakat Indonesia Masa Praaksara dan Masa Akasara Dapat Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas X A di SMA Negeri 1 Karangreja Tahun Pelajaran 2010 /
2011?
C.
Tujuan Penelitian
Kegiatan penelitian tindakan kelas bertujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, perkembangan aktivitas belajar
siswa serta terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa terhadap model pembelajaran tipe jigsaw.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat kegiatan penelitian tindakan kelas atau clasroom action research sebagai berikut
;
1.
Meningkatnya kesadaran dalam
diri siswa bahwa kegiatan belajar merupakan bagian penting untuk melatih
seluruh potensi-potensi yang dimilikinya sehingga dapat mencapai hasil belajar
baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2.
Meningkatnya kompetensi guru
didalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengadakan perbaikan dan
tindak lanjut terhadap kegiatan belajar-mengajar sesuai dengan model
pembelajaran tipe jigsaw.
3. Meningkatnya mutu pendidikan yang
diselenggarakan oleh SMA Negeri 1 Karangreja pada tahun pelajaran 2010 / 2011.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Kajian Teori
1.
Konsep Belajar
Menurut Barlow ( 1985 ), belajar adalah suatu proses adaptasi
atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Proses
adaptasi akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi penguatan.
Sedangkan menurut Hintzman, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam
diri organisme disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme. Pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat memungkinkan
untuk diartikan sebagai belajar. Sehingga sampai batas tertentu, pengalaman
hidup dapat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian organisme.
2.
Konsep Mengajar
Menurut UUSPN/1989 Bab VII Psl 27 ayat 3; mengajar
pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang
lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya baik yang
bersifat terbuka, seperti ketrampilan membaca (ranah karsa atau psikomotorik)
maupun yang bersifat tertutup, seperti berpikir (ranah cipta atau kognitif) dan
berperasaan (ranah rasa atau afektif). Sedangkan menurut Drs. Muhibbin Syah,
M.Ed mengajar adalah sebuah proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan
dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk mempermudah belajar
(Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, 1995:34).
Antara kegiatan mengajar
dengan kegiatan belajar keduanya memiliki hubungan yang sangat erat, integral
dan tidak dapat dipisahkan. Karena dalam kegiatan proses belajar mengajar
terjadi interaksi yang resiprokal, yakni adanya hubungan antara guru dengan
siswa dalam situasi yang bersifat pengajaran (Drs. Muhibbin Syah, M.Ed,
1995:239-240). Sebelum proses kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, hendaknya
guru perlu menyusun perencanaan terlebih dahulu. Dalam menyusun perencanaan
tersebut, guru harus mengorganisasikan seluruh elemen-elemen yang dibutuhkan
dalam belajar. Adapun elemen-elemen tersebut meliputi :
a.
Tujuan pembelajaran yang
menjadi tolak ukur bagi siswa untuk mencapai target pembelajaran, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.
b.
Materi pembelajaran adalah
sejumlah informasi yang berisi tentang pengetahuan yang harus dikuasai oleh
siswa.
c.
Penilaian adalah seperangkat
alat yang digunakan untuk mengukur kemajuan hasil belajar terhadap pengetahuan
yang sudah dimilikinya.
Selain sasaran tertulis seperti yang
tercantum dalam tujuan pembelajaran, masih terdapat sasaran tidak tertulis yang
dikenal dengan “objektive in mind”. Seperti yang telah dijelaskan dalam
UUSPN/1989 Bab VII Psl 27 ayat 3, bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar siswa tidak hanya ditunjukkan oleh perubahan pada ranah kognitif saja,
tetapi terjadi pula perubahan-perubahan lain pada ranah afektif dan
psikomotorik. Perubahan yang mengarah pada ranah kognitif dapat dengan mudah
diukur melalui sejumlah alat penilaian, seperti ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan
perubahan tingkah laku pada ranah afektif dan psikomotorik sangat sulit untuk
diukur, hal ini masih saja terjadi karena baik guru maupun siswa menganggap
bahwa perubahan tingkah laku tersebut tidak mempunyai arti yang signifikan.
Meskipun demikian perubahan yang menuju pada tingkah laku afektif dan
psikomotorik perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Karena perubahan
ini mengarah pada bentuk perbuatan lain, seperti cara mengambil keputusan
dengan bijaksana dan konstruktif . Dalam arti siswa dapat mengintegrasikan
seluruh pengetahuannya tersebut menjadi perbuatan-perbuatan fisik secara nyata.
Agar mutu hasil belajar yang sudah
ditetapkan dalam jangka panjang maupun jangka pendek oleh pemerintah, sekolah
dan guru dapat tercapai, maka upaya yang dilakukan oleh guru adalah menggunakan
model, tipe serta metode pembelajaran yang sekiranya dapat membantu siswa dalam
kegiatan belajar. Oleh karena itu untuk menjawab faktor-faktor yang dapat
menghambat kegiatan belajar siswa, maka penulis berusaha menggunakan model
pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw.
Menurut Anita Lie (2004 : 8) bahwa
model pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil agar dapat bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai suatu tujuan. Di mana model
pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aspek ketrampilan sosial
sekaligus ketrampilan kognitif dan aspek sikap siswa. Dalam model pembelajaran
kooperatif tersebut guru berusaha untuk menciptakan suasana belajar yang
mendorong siswa saling membutuhkan dan saling ketergantungan positif satu sama
lain. Saling ketergantungan positif dapat tercapai melalui :
a.
Saling ketergantungan dalam
mencapai tujuan pembelajaran
b.
Saling ketergantungan dalam
melaksanakan tugas, terhadap bahan atau sumber belajar
c.
Saling ketergantungan dalam
didalam memainkan perannya masing-masing
d.
Saling ketergantungan memperoleh
hasil atau hadiah yang diinginkan
Selain menciptakan suasana saling
membutuhkan dan ketergantungan positif, model pembelajaran ini juga memiliki
manfaat sebagai berikut ;
a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan
bersosialisasi.
b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi
perbedaan sikap dan perilaku selama bekerjasama.
c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan
rasa percaya diri.
d. Meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan
sikap perilaku positif, sehingga dalam pembelajaran kooperatif peserta didik
akan tahu kedudukannya dan belajar untuk saling menghargai satu sama lain.
e. Meningkatkan prestasi belajar melalui
prestasi akademik, sehingga dapat membantu peserta didik dalam memahami
konsep-konsep yang sulit.
Untuk
mendukung keberhasilan dalam pelaksanaknaan model pembelajaran kooperatif learning, maka perlu digunakan juga
langkah-langkah metode jigsaw yang pertama kali dikembangkan oleh Elliot
Aronson dan kawan-kawan dari Universitas Texas. Adapun
langkah-langkah metode jigsaw adalah sebagai berikut :
a.
Kelas dibagi menjadi beberapa
tim yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa dengan karakteristik
yang hiterogin.
b.
Bahan akademik disajikan kepada
siswa dalam bentuk teks, kemudian setiap siswa bertanggung jawab untuk
mempelajari satu bagian dari bahan akademik tersebut.
c.
Para anggota dari beberapa tim yang berbeda bertanggung jawab untuk
memperlajari suatu bagian akademik yang sama, kemudian berkumpul untuk saling
membantu dalam mengkaji bahan tersebut. Oleh karena itu kumpulan siswa semacam
ini disebut kelompok pakar (expert group).
d.
Selanjutnya para siswa yang
berada dalam kelompok akar tersebut kembali kekelompok semula (home teams)
untuk mengajarkannya kembali kepada para anggotanya agar dapat menguasai materi
yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
e.
Setelah diadakan pertemuan dan
diskusi dalam (home teams), kemudian para siswa dievaluasi secara
individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Sedangkan siswa yang
memperoleh skor tertinggi diberi penghargaan oleh guru.
B.
Kerangka Berpikir
Bahwasanya mutu hasil belajar dapat ditingkat oleh
siswa baik secara individual maupun klasikal. Peningkatan mutu hasil belajar
secara individual mengacu pada berkembangnya kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa. Akan tetapi proses sosialisasi dan interaksi antar sesama
siswa dengan lingkungan belajarnya perlu mendapat perhatian yang
sungguh-sungguh. Karena dalam proses tersebut, antar individu dapat memperoleh
informasi yang berkaitan dengan pengetahuan dalam rangka mengembangkan
kemampuan ranah kognitifnya.
Oleh karena itu agar kegiatan belajar mengajar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan, maka guru perlu menetapkan materi bahan ajar
yang disesuaikan dengan model, tipe, metode dan media pembelajaran yang tepat.
Disamping itu, pemilihan model, tipe, metode dan media pembelajaran perlu
disesuaikan dengan kondisi siswa yang memiliki tingkat kemampuan serta latar
belakang yang berbeda-beda.
Salah satu alternatif pengembangan seluruh aspek
kemampuan siswa melalui mata pelajaran sejarah adalah menggunakan model
pembelajaran kooperatif learning. Dalam proses pembelajaran koperatif learning
tersebut antar siswa dapat menjalin kerjasama dalam satu kelompok (home group) untuk memperoleh informasi
yang berhubungan dengan pengetahuan. Dengan demikian proses pembelajaran tersebut dapat berpusat pada siswa atau
student centered. Sedangkan peranan
guru hanya sebagai mediator, fasilitator dan organisator terhadap seluruh unsur
pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa.
C.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti
tersebut diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut ;
“Penerapan model pembelajaran tipe jigsaw pada mata pelajaran
sejarah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X A di SMA Negeri 1
Karangreja tahun pelajaran 2010 / 2011(Pada kompetensi dasar mendeskripsikan
tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa praaksara dan masa aksara)”.
BAB
III
METODE
PENILITIAN
A.
Setting Penilitan
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini ditujukan pada
siswa-siswi kelas X A di SMA Negeri 1 Karangreja yang diawali dengan penyusunan
proposal dan pengajuan proposal. Setelah proposal diajukan dan mendapat
persetujuan, maka dilanjutkan dengan penyusunan instrumen penelitian,
pengumpulan data, analisis data, pembahasan dan penyusunan laporan hasil
penelitian.
Adapun setting penelitian
tindakan kelas ini meliputi ;
- Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Karangreja, Kabupaten Purbalingga, dengan mengambil obyek penelitian
pada kelas X A. Di pilihnya kelas X A karena berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti oleh penulis, yakni mengenai rendahnya hasil belajar pada mata
pelajaran sejarah.
- Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4
(empat) bulan, yakni antara bulan September 2010 sampai dengan bulan Desember
2010. Adapun pelaksanaan
kegiatan ini dimulai dari penyusunan proposal dan instrumen pada bulan
September 2010. Kemudian pada bulan Oktober dan Nopember 2010 dilakukan
pengumpulan data melalui tindakan pada siklus I dan siklus II. Terhadap
data-data yang telah diperoleh, kemudian dilakukan analisis dan pembahasan pada
bulan Desember 2010. Setelah proses analisis dan pembahasan selesai, maka pada
bulan Desember 2010 penulis menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas.
B.
Subjek Penelitian
Subjek yang diambil pada penelitian tindakan kelas ini
adalah siswa-siswi di kelas X A SMA Negeri 1 Karangreja pada tahun pelajaran
2010 / 2011. Sedangkan jumlah siswa yang terdapat dalam kelas X A adalah 15
orang laki-laki dan 21 orang perempuan.
C.
Data dan Sumber Data
Sumber
data merupakan sumber primer yang diperoleh dari subyek penelitian, berupa
hasil-hasil ulangan harian yang dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali sesuai
dengan jumlah siklus yang dilaksanakan.
D.
Teknik dan Alat Pengumpulan
Data
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa
maka digunakan teknik tes yang terdiri dari 5 (lima) butir soal tes tertulis guna mengukur
hasil belajar siswa. Sedangkan untuk mengetahui tingkat aktivitas dan
partisipasi siswa dalam kegiatan belajar maka digunakan teknik observasi yang
berupa lembar observasi aktivitas belajar siswa.
E.
Validasi Data
Untuk memperoleh data yang valid, maka terlebih dahulu
perlu disusun instrument penelitian. Agar terpenuhi validitas teoritik,
terutama validitas isi (Content Validity) disusunlah kisi-kisi soal
untuk ulangan harian yang berkaitan dengan kompetensi dasar mendeskripsikan tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia
masa praaksara dan masa aksara.
F.
Teknik Analisa Data
Data
yang diperoleh pada penelitian ini adalah berupa data kuantitatif mengenai
tugas individu dan tugas kelompok. Selain itu diperlukan pula data kualitatif yang berasal dari hasil ulangan
harian siswa. Untuk itu digunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu
membandingkan nilai hasil ulangan harian kondisi awal (sebelum dilakukan
penelitian), hasil ulangan harian siklus 1 hasil ulangan harian pada siklus II
dan hasil ulangan harian pada siklus III.
G.
Prosedur Penelitian
Desain
penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini, mengacu pada model Kurt Lewin
sebagaimana terdapat dalam modul PTK yang diterbitkan Tim PUDI DIKDASMEN LEMLIT
UNY. Komponen pokok dalam penelitian tindakan kelas
Kurt Lewin adalah :
1. Perencanaan
(planning)
2. Pelaksanaan (acting)
3. Pengamatan (observing)
4. Refleksi (reflecting)
Hubungan keempat konsep pokok tersebut dapat
digambarkan dengan diagram berikut (Tim Pudi Dikdasmen Lemlit UNY, 2008 : 6).
Dari bagan tersebut dapat diuraikan beberapa kegiatan sebagai berikut :
1. Siklus
I
a. Perencanaan ( Planning )
1. Peneliti atau guru melakukan analisis
kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw.
2. Membuat rencana pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw.
3. Membuat lembar kerja siswa.
4. Membuat instrumen yang akan digunakan pada
siklus Penelitian Tindakan Kelas.
5. Menyusun
alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
( Acting )
1. Guru membagi siswa menjadi delapan
kelompok yang terdiri satu kelompok pakar dan tujuh kelompok asal ( home group
) dari dengan anggota antara 4-5 orang siswa.
2. Menyajikan materi pembelajaran.
3. Setiap kelompok diberi materi diskusi
4. Guru mengarahkan siswa dalam diskusi
kelompok.
5. Salah satu wakil pada setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi didepan kelas.
6. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan
tanggapan terhadap presentasi yang disampaikan oleh wakil setiap kelompok.
7. Guru memberikan kuis atau pertanyaan.
8. Guru melakukan pengamatan terhadap kegiatan
belajar siswa.
9. Guru bersama siswa melakukan penguatan dan
membuat kesimpulan hasil belajar siswa.
c. Pengamatan
( Observasi )
1. Guru mengamati kegiatan belajar siswa.
2. Guru mengamati keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar.
3. Guru mengamati kemampuan kerjasama siswa
dalam diskusi kelompok.
d. Refleksi
Penelitian
Tindakan Kelas ini dapat berhasil jika sudah memenuhi beberapa syarat sebagai
berikut :
1. Sebagian
besar siswa atau 75 % dari sejumlah siswa sudah berani dan mampu menjawab
pertanyaan dari guru.
2. Sebagian
besar siswa atau 70 % dari sejumlah siswa sudah berani menanggapi dan
mengemukakan pendapat tentang jawaban siswa yang lain.
3. Sebagian
besar siswa atau 70 % dari sejumlah siswa sudah berani dan mampu bertanya
tentang materi pembelajaran pada guru.
4. Lebih
dari 80 % anggota kelompok aktif dalam mengerjakan tugas kelompoknya.
5. Kelompok
dapat menyelesaikan tugas dari guru sesuai dengan waktu yang disediakan.
2. Siklus
II
a. Perencanaan
( Planning )
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus pertama.
b. Pelaksanaan ( Acting )
Guru melaksanakan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw
berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama.
c. Pengamatan ( Observasi )
Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran model
kooperatif learning tipe jigsaw.
d. Refleksi ( Reflekting )
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan menyusun
rencana ( planning ) untuk siklus
ketiga.
3. Siklus
III
a. Perencanaan
( Planning )
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus kedua.
b. Pelaksanaan ( Acting )
Guru melaksanakan pembelajaran model kooperatif learning tipe jigsaw
berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus kedua.
c. Pengamatan ( Observasi )
Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran model
kooperatif learning tipe jigsaw.
d. Refleksi ( Reflekting )
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan menyusun
analisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran model
kooperatif learning tipe jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam embelajaran sejarah.
H. Indikator
Kinerja
Dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini akan melihat indikator kinerja
baik pada guru maupun siswa. Karena fungsi guru sebagai fasilitator sangat besar pengaruhnya pada
kinerja siswa.
1. Kinerja Guru
a.
Dokumentasi
yaitu berupa kehadiran siswa.
b.
Observasi
yaitu hasil pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa.
2. Kinerja Siswa
a.
Tes
yaitu berupa rata-rata nilai ulangan harian.
b.
Observasi
yaitu berupa keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar mata pelajaran
sejarah.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
A. Deskripsi Awal
TABEL 1
Data hasil ulangan harian ke 1
NO
|
KETERANGAN
|
BELUM
MENGGUNAKAN JIGSAW
|
ULANGAN
HARIAN KE 1
|
||
1
|
Rata-rata
|
64
|
2
|
Nilai tertinggi
|
70
|
3
|
Nilai terendah
|
55
|
4
|
Jumlah siswa
seluruh
|
36
|
5
|
Jumlah siswa
yang belum tuntas
|
16
|
6
|
Jumlah siswa
yang sudah tuntas
|
20
|
7
|
Prosentase
ketuntasan
|
56
|
Sebelum penelitian tindakan kelas
dilaksanakan, tingkat penguasaan siswa terhadap materi sejarah pada kompetensi
dasar “Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup sejarah“ masih sangat rendah.
Berdasarkan hasil analisis ulangan harian dapat diketahui bahwa dari sejumlah
36 orang siswa pada kelas X A hanya 20 orang atau 56% yang dapat mencapai
ketuntasan belajar. Sedangkan sisanya yaitu 16 orang atau 44 % belum dapat
menguasai materi pembelejaran dengan baik.
Rendahnya daya serap siswa terhadap materi
pembelajaran kerena guru masih menggunakan model pembelajaran tradisional,
dimana kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada guru, sedangkan aktivitas
belajar siswa masih diabaikan. Pada model pembelajaran tradisional seluruh
informasi berasal dari guru, sedangkan siswa hanya menerima secara pasif. Siswa
hanya mengerjakan semua tugas yang disampaikan oleh guru, tetapi tidak pernah memperoleh
umpan balik, sehingga tidak dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Model
pembelajaran yang berpusat pada guru tersebut dapat menimbulkan kejenuhan,
rendahnya partisipasi dan aktifitas belajar pada siswa.
Untuk mengatasi masalah tersebut hendaknya
guru melakukan perbaikan baik terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe
jigsaw. Kemudian mengadakan pembinaan kepada siswa agar dapat memahami dan
melaksanakan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw.
B. Hasil
Penelitian Siklus I
Terlebih dahulu peneliti atau guru
menyusun perencanan dengan melakukan
analisis terhadap kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang akan disampaikan kepada siswa. Kemudian memahami langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw dan membuat rencana
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw.
Membuat lembar kerja siswa dan menyusun alat evaluasi pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran pada saat awal siklus pertama, belum sesuai dengan
rencana. Hal ini disebabkan karena sebagain siswa belum terbiasa dengan kondisi
belajar berkelompok. Serta masih terdapat kelompok yang belum dapat memahami
dan melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif learning tipe
jigsaw secara utuh dan menyeluruh. Untuk mengatasi masalah tersebut diatas maka
perlu dilakukan upaya dengan memberi pengertian kepada siswa mengenai kondisi
kelompok, kerjasama kelompok, keikutsertaan siswa dalam kelompok. Selanjutnya guru
membantu dan membimbing kelompok yang belum memahami langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw.
Pada saat saat akhir siklus pertama
guru memperoleh kesimpulan bahwa siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar
berkelompok, dapat memahami dan melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif learning tipe jigsaw.
Hasil evaluasi siklus I yang
berkaitan dengan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran sudah menacapai
katergori baik dengan perolehan skor nilai rata-rata yaitu 71. Dimana setelah
hasil ulangan harian ke 2 dianalisis hanya 26 orang atau 72 % yang dapat
mencapai ketuntasan, sedangkan sisanya yaitu 10 orang atau 28 % belum tuntas.
Meskipun tingkat ketuntasan belajar pada siklus I belum dapat mencapai 75 %
sudah mulai ada peningkatan jika dibandingkan dengan hasil ulangan harian ke 1
yang belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Untuk memperbaiki
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I maka perlu diadakan refleksi dan perencanaan ulang. Langkah-langkah perbaikan hendaknya
memperhatikan kondisi siswa yang
belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw,
sehingga masih merasa kurang senang dan antusias dalam belajar. Sedangkan terhadap kelompok yang belum menyelesaikan tugas dengan waktu tepat waktu dan
belum dapat mempresentasikan hasil tugasnya perlu mendapat perhatian dan
bimbingan yang intensif.
Untuk meperbaiki kelemahan dan
mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus pertama, maka pada
pelaksanaan siklus kedua guru perlu memberikan motivasi dan membimbing kelompok
agar lebih aktif dan dapat menguasai langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif learning tipe jigsaw. Sedangkan bagi kelompok yang sudah yang sudah
menguasai model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw hendaknya guru
perlu memberikan pengakuan atau penghargaan (reward).
C. Deskripsi
Hasil Penelitian Siklus II
Seperti pada siklus pertama siklus
kedua terdiri dari empat tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi serta replaning, sebagai berikut :
1. Perancanaan pada siklus kedua berdasarkan planing
siklus pertama, dimana guru memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih
aktif lagi dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian membimbing kelompok yang masih
mengalami kesulitan pada kegiatan diskusi serta memberikan pengakuan atau
penghargaan pada kelompok yang sudah mampu melaksanakan kegiatan diskusi.
2. Pada pelaksanaan pembelajaaran siklus II suasana
pembelajaran sudah mengarah pada model pembelajaran kooperatife learning tipe
jigsaw. Siswa sudah mampu mengerjakan lembar kerja akademik yang diberikan oleh
guru dengan baik dan tepat waktu. Selain itu sudah terdapat aktivitas siswa
untuk saling membantu dalam menguasai materi pelajaran melalui kegiatan diskusi
antar sesama kelompok. Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya
dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain sehingga pada gilirannya
sudah tercipta suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
3. Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran pada siklus kedua melalui ulangan harian ke 3 sudah termasuk
kategori baik yakni dari skor ideal 100 nilai rata-rata skor perolehan adalah
73. Selain itu prosentase ketuntasan belajar sudah mengalami kenaikan dari 72 %
pada siklus I menjadi 86 % pada siklus II.
4. Refleksi dan Perencanaan Ulang terhadap pelaksanaan
pembelajaran pada siklus II mengalami kemajuan perlu ditindak lanjuti agar
kegiatan pembelajaran pada siklus III mencapai kemajuan yang lebih optimal. Hal
ini didasarkan pada kegiatan pembelajaran siklus II yang sudah mengalami
kemajuan dimana aktivitas siswa dalam kegiatan belajar sudah mengarah ke
pembelajaran kooperatif dan siswa sudah dapat menjalin kerjasama kelompok dengan baik. Sehingga pada kegiatan belajar
siklus II ini siswa dapat memahami dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru dengan baik dan tepat waktu. Kemudian pada akhir kegiatan diskusi siswa
sudah dapat mempresentasikan hasil kerjanya. Terjadinya peningkatan aktivitas
belajar siswa tidak lepas dari peran guru yang sudah memberikan bimbingan
secara intensif terhadap siswa yang masih mengalami kesulitan dalam diskusi
kelompok. Sehingga pada siklus II guru sudah dapat mempertahankan suasana
pembelejaran model kooperatif tipe jigsaw serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa melalui ulangan harian ke 3 dengan perolehan skor nilai rata-rata
yaitu 73 sedangakan tingkat ketuntatasan belajar siswa pada siklus ketiga naik
menjadi 86 %.
D. Deskripsi
Hasil Penelitian Siklus III
Siklus ketiga terdiri dari empat tahap yakni
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi serta replaning, sebagai
berikut :
- Perancanaan ( Planing ) pada siklus ketiga ini berdasarkan replaning siklus kedua dimana guru memberikan motivasi dan membimbing siswa agar dapat meningkatkan aktivitas belajar melalui diskusi kelompok. Kemudian memberikan pengakuan kepada kelompok yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu.
2. Pada pelaksanaan siklus III suasana
pembelajaran sudah lebih maju lagi yang mengarah pada pembelajaran kooperatif
learning tipe jigsaw. Dimana setiap kelompok sudah mampu mengerjakan lembar
kerja akademik yang diberikan oleh guru dengan lebih baik lagi. Sudah
menunjukkan adanya usaha saling membantu dan kerjasama baik antar siswa maupun
kelompok untuk menguasai materi pembelajaran melalui kegiatan diskusi dan tanya
jawab. Siswapun sudah termotivasi untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
dan memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain. Dengan demikian
pelaksanaan pembelajaran pada siklus III ini sudah tercipta suasana
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
3. Hasil evaluasi pada siklus ketiga penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran melalui ulangan harian ke 4 dengan perolehan
nilai rata-rata 76 dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penguasaan
materi pelajaran sejarah oleh siswa sudah termasuk kategori sangat baik dengan
prosentase tingkat ketuntasan belajar mencapai 100 % dari 36 orang siswa.
Sedangkan pencapaian nilai tertinggi adalah 95 dan nilai terendahnya adalah 86,
dengan demikian sudah dapat mencapai kriteria ketumtasan minimal (KKM) yang
sudah ditetapkan yaitu 86. Sebagai bahan perbandingan pencapaian hasil belajar
siswa maka dibawah ini disajikan tabel hasil belajar siswa :
TABEL 2
Data perolehan hasil
ulangan harian
NO
|
KETERANGAN
|
BELUM MENGGUNAKAN JIGSAW
|
SUDAH MENGGUNAKAN JIGSAW
|
||
uh ke 1
|
uh ke 2
|
uh ke 3
|
uh ke 4
|
||
1
|
Rata-rata
|
64
|
71
|
73
|
76
|
2
|
Nilai tertinggi
|
70
|
91
|
92
|
95
|
3
|
Nilai terendah
|
55
|
59
|
59
|
68
|
4
|
Jumlah siswa
seluruh
|
36
|
36
|
36
|
36
|
5
|
Jumlah siswa
yang belum tuntas
|
16
|
10
|
5
|
0
|
6
|
Jumlah siswa
yang sudah tuntas
|
20
|
26
|
31
|
36
|
7
|
Prosentase
ketuntasan
|
56
|
72
|
86
|
100
|
4. Refleksi
terhadap keberhasilan yang diperoleh pada siklus ketiga karena aktivitas siswa
dalam kegiatan sudah mengarah ke pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw
dengan lebih baik lagi. Siswa sudah mampu membangun kerjasama dalam kelompok dan
turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar, sehingga dapat memahami
tugas yang diberikan oleh guru dan mengerjakannya dengan lebih baik serta tepat
waktu. Terjadinya peningkatan aktivitas belajar ini karena siswa dalam diri
sudah muncul motivasi belajar untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa ini karena didorong oleh
keinginan guru untuk mempertahankan suasana pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan sehingga pada gilirannya siswa dapat memahami dan melaksanakan
model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian
tindakan kelas maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif learning
tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar mengajar yang dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa maupun kinerja guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien.
2. Hasil penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
menunjukkan adanya peningkatan dengan nilai perolehan rata-rata 64 pada ulangan
harian ke 1 yang belum menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe
jigsaw. Setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw nilai
ulangan harian siswa mengalami peningkatan secara bertahap yaitu pada siklus I
mencapai nilai rata-rata 71. Dengan diadakannya refleksi dan perencanaan ulang
maka terjadi peningkatan yang labih baik lagi, dimana pada siklus II mencapai nilai
rata-rata 73 sedangkan pada siklus II mencapai nilai rata-rata 76.
3. Sedangkan prosentase tingkat ketuntasan belajar
siswa mengalami kemajuan yang signifikan mulai dari 56 % pada ulangan harian ke
1 yang belum menggunakan model pembelejaran kooperatif learning tipe jigsaw
menjadi 72 % pada siklus I. Sedangkan pada siklus II prosentase ketuntasan naik
menjadi 86 % sudah termasuk kategori baik diatas 75 % dan pada akhir siklus III
prosentase ketuntasan sudah termasuk kategori lebih baik yaitu menjadi 100%.
4. Melalui pembelajaran kooperatif learning tipe
jigsaw siswa dapat membangun kerjasama kelompok dalam rangka untuk memperoleh
pengetahuan, langkah-langkah penyelesaian masalah dengan cara saling memberikan
bantuan baik secara individual maupun kelompok.
5. Melalui pembelajaran kooperatif learning tipe
jigsaw, maka pembelajaran sejarah menjadi lebih berarti dan menyenangkan.
B.
Saran
Dengan demikian bahwa pembelajaran
kooperatif learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
pada diri siswa baik secara individual maupun kelompok pada mata pelajaran
sejarah. Oleh karena itu maka kami menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam setiap kegiatan pembelajaran seyogyanya guru
menggunakan pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw sebagai suatu
alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada
mata pelajaran sejarah.
2. Karena kegiatan penelitian tindakan kelas sangat
bermanfaat bagi guru dan siswa, maka diharapkan agar kegiatan ini perlu
dilanjutkan agar kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Suwandi, Sarwidji, Penelitian
Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah, Panitia Sertifikasi Guru Rayon
13, UNS Press, Surakarta, 2010.
2. -----------------------,
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Th. 1989, Sinar
Grafika, Jakarta, 1992.
3.
Drever,
James, Kamus Psikologi, Bina Aksara, Jakarta, 1998.
4.
Hidayatullah,
Furqon. M, Pengembangan Profesionalisme Guru, Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13, UNS Press, Surakarta,
2010.
5.
Kunandar,
S.Pd, M.Si. Langkah Mudah Penelitian
Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Rajawali Pers, PT
Rajagrafindo Persada, Jakarta,
2010.
6.
Santyasa,
Wayan, I, Metodologi Penelitian Tindakan Kelas, Universitas Pendidikan
Ganesha Press, Singaraja, 2007.
7.
Syah,
Muhibbin, Drs. M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Remaja
Rosdakarya, Bandung,
1995.
8.
Sugiyanto,
Drs, M.Si, M.Si, Model-Model Pembelajaran
Inovatif, Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13, UNS Press, Surakarta, 2009.
Ijin untuk mengcopy tulisan diatas,terimakasih
BalasHapus