Asia Tenggara
merupakan istilah umum yang dipakai untuk menggambarkan wilayah daratan Asia
bagian timur yang terdiri dari jazirah Indo-China, Birma, Thailand, dan
pulau-pulau yang membentang ketimur seperti Andaman, Nicobar sampai New Guinea
(Papua New Gini) serta kepulauan-kepulauan yang terdapat di Indonesia maupun
Philipina. Jika dihubungkan dengan keadaan sekarang, wilayah Asia Tenggara
meliputi negara-negara, seperti: Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina,
Singapura, Brunai Darussalam, Vietnam, Myanmar, Laos, Kamboja dan Timor Leste.
Dengan demikian terjadi perubahan wilayah sebagai akibat dari perkembangan
politik modern khususnya setelah Perang Dunia II maupun Perang Dingin.
Namun jika
ditinjau dari segi perkembangan kebudayaan pada masa sebelum pengaruh India, China,
maupun Eropa, sesungguhnya diwilyah Asia Tenggara telah memiliki ciri dan
karakteristik perkembangan budaya tersendiri. Sesungguhnya pada masa pra Hindu,
wilayah Asia Tenggara telah memiliki kebudayaan tersendiri yang pusat
perkembangannya dimulai Bacson, Hoabinh dan Dongson. Perkembangan tersebut
disertai dengan bukti-bukti arkhelogis, seperti artefak-artefak sisa
peninggalan peralatan yang terbuat dari batu, tulang dan periuk dari tanah
liat. Bersamaan dengan ditemukannya artefak tersebut ditemukan pula sisa-sisa
manusia pendukungnya seperti Pithecanthropus Erectus, Homo Mojoketensis yang
berasal dari jaman pleistosen tua. Sedangkan jaman ploistosen akhir telah
melahirkan 11 tengkorak yang ditemukan di Ngandong, merupakan tipe perkembangan
manusia yang lebih maju yang masih memiliki hubungan dekat dengan
Pithekanthropus. Selain itu ditemukan pula tengkorak dari Wajak juga berasal
dari jaman pleistosen akhir atau sesudah pleistosen yang masih berhubungan erat
dengan manusia proto-australoid.
Bukti-bukti
arkheologis tersebut memiliki hubungan yang erat dengan perkembangan kehidupan
manusia purba seperti pada Homo Mojokertensis dan Pithecanthropus Erectus yang
memiliki hubungan dekat dengan Sinathropus Pekinensis. Demikian pula
artefak-artefak yang ditemukan, juga memiliki hubungan sebagaimana artefak yang
ditemukan di Soa (India) maupun di Anyath (Birma). Kemudian bukti-bukti
tersebut digunakan oleh para ahli antropologi untuk memperkuat dugaan-dugaan
mereka terhadap perkembangan bangsa-bangsa di wilayah Asia Tenggara.
Penelusuran
perkembangan kebudayaan di Asia Tenggara, tidak hanya didasarkan pada
bukti-bukti arkheologis saja, namun diperkuat lagi dengan bukti-bukti
linguistik. Menurut Von Haine Geldren bahwa terdapat hubungan antara kebudayaan
neolithik seperti kampak lonjong yang ditemukan di Birma seperti yang digunakan
oleh orang-orang Naga dan Assam, di Kamboja dan dibagian timur pulau-pulau
Indonesia. Penggunaan kampak lonjong ini kemudian dihubungkan dengan penggunaan
sampan yang terbuat dari papan. Von Haine Geldren juga berpendapat bahwa telah
terjadi perkembangan kebudayaan Dongson pada jaman perunggu dan besi seperti
nekara dan moko (gendering), kampak coarong, arca perunggu. Serta dalam waktu
bersamaan berkembang pula kebudayaan megalithic seperti dolmen, arca-arca nenek
moyang, batu penggilingan. Kedua macam jenis kebudayaan ini berusat di
Tongking. Selain itu mengidentifikasi kampak berpundak dengan kebudayaan rakyat
di Mon Khmer. Sedangkan P dan F. Sarasin menghubungkan perkembangan kebudayaan
batu neolithik dan megalithik dengan migrasi dari bangsa Proto Melayu maupun
bangsa Deutro Melayu. Namun Hendrik Kern mengajukan bukti-bukti linguistik yang
terdapat di Champa, Cochin-China dan Kamboja sebagai tempat lahir kebudayaan di
Asia Tenggara.
Dengan demikian
sebelum pra Hindu-Budha, bangsa-bangsa si Asia Tenggara telah memiliki
kebudayaan tersendiri. Sebagaiman Coedes telah merangkum karakteristik
kebudayaan sebagai berikut :
1.
Bidang materiil, antara lain :
a.
Persawahabn dan perladangan
padi dengan sistim irigasi.
b.
Peternakan sapi dengan kerbau.
c.
Penggunaan logam.
d.
Ahli dan terampil dalam
menggunakan peralatan navigasi.
2.
Bidang sosila, antara lain :
a.
Pentingnya wanita dan keturunan
dari garis ibu.
b.
Organisasi pertanian dan
irigasi.
3.
Bidang agama, antara lain :
a.
Animisme.
b.
Pemujaan nenek moyang dan dewa
tanah.
c.
Lokasi tempat-tempat suci.
d.
Penguburan dalam guci, gentong
dan dolmen.
e.
Mitologi bercamur dengan
dualisme kosmologi gunung lawan laut, mahluk bersayap lewan mahluk dalam air,
orang gunung lawan orang pantai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar