Kamis, 16 Februari 2012

PENGHUNI GUA BAIAN KARA ULA, TIBET


               Pada tahun 1938, mahasiswa jurusan arkheologi Universitas Peking (sekarang Beijing), mengadakan penelitian dialam terbuka khususnya didaerah pegunungan. Para calon arkheolog kemudian mengadakan penelitian pada gua-gua yang terdapat di pegunungan Baian Kara Ula, Tibet. Pada salah satu gua yang paling besar, kelompok mahasiswa tersebut melihat kuburan yang kondisinya terawat dengan baik.
 Menurut para mahasiswa, kuburan yang terdapat dalam gua, merupakan sesuatu yang mengherankan. Untuk menghilangkan rasa penasarannya, kemudian kuburan tersebut digali. Setelah selesai digali, para mahasiswa arkheologi menemukan tulang-tulang yang mirip dengan tulang belulang manusia. Tetapi terdapat keanehan pada ukuran kepala yang lebih besar, jika dibandingkan dengan ukuran kepala manusia biasa. Setelah tulang-tulang tersebut dirangkai menjadi satu, maka terbentuklah wujud mahluk yang sempurna, lengkap dari kepala, tangan, tubuh dan kaki. Akan tetapi, bentuk wujud mahluk tersebut agak aneh, kerena ukuran kepalanya lebih besar, sedangkan ukuran tubuhnya kecil dan pendek.
Tidak jauh dari kuburan tersebut, para mahasiswa juga menemukan piringan yang terbuat dari batu dengan ukuran diameter 22,86 sentimeter. Piringan tersebut teronggok pada pojok gua serta tertutup debu tebal. Pada tengah-tengah piringan terdapat lobang, sedangkan dikanan-kiri terdapat guratan-guratan halus, mirip tulisan yang ukurannya sangat kecil. Akan tetapi, team ekpedisi belum pernah mengetahui dan melihat jenis tulisan tersebut. Mereka menduga bahwa guratan-guratan yang terdapat pada pirangan, merupakan huruf sandi. Kemudian tulang-belulang dan piringan tersebut dibawa ke Universits Peking, untuk diteliti.
Sejak ditemukannya tulang dan piringan dari gua Baian Kara Ula, para ahli arkheologi dan sejarah Cina memeras otak, berusaha untuk mengetahui pesan-pesan yang terdapat pada piringan batu. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya untuk mengetahui isi dan maksud pada guratan-guratan halus. Setelah dua puluh tahun lamanya diteliti, pesan pada tulisan (guratan) itu dapat diketahui. Adapun seorang ahli yang dapat mengetahui kode tulisan (guratan) adalah Dr Tsum Um Nui, kemudian isinya dibacakan.
Menurut Dr Tsum Um Nui, bahwa tulisan (guratan) yang terdapat pada piringan batu menceritakan penglaman penduduk yang menempati planet lain, sebagai berikut :
1.      Pada waktu penduduk planet tersebut bepergian, ditengah jalan pewat terbangnya rusak, terpaksa mendarat darurat di pegunungan Baian Kara Ula. Karena mesin pesan rusak parah, maka tidak dapat diperbaiki oleh para penumpang, sedangkan mahluk-mahluk tersebut merasa asing tinggal dibumi.
2.      Sedangkan penduduk pegunungan Baian Kara Ula yaitu suku Han yang melihat pesawat terbang mendarat dan para penumpangnya yang tidak seperti manusia biasa, merasa ketakutan. Para penumpang pesawat terdiri dari laki-laki dan peremuan, dewasa dan anak-anak. Maka suku Han mengira bahwa mahluk-mahluk aneh tersebut akan berbuat tidak baik, sehingga menyerangnya sampai binasa.
3.      Mahluk-mahluk pendatang itu kemudian melarikan diri mencari selamat. Sebagian ada yang dapat memperoleh tempat persembunyian yaitu pada gua yang ditemukan oleh para mahasiswa arkheologi Universitas Peking. Tetapi sebagian lagi ditangkap dan dibunuh oleh suku Han.
Isi dari pesan-pesan pada tulisan (guratan) piringan batu, ternyata memiliki kesamaan dengan legenda yang tersebar dikalangan masyarakat suku Han. Sampai sekarang dikalangan suku Han masih terdapat cerita turun-temurun mengenai mahluk cebol berkepala besar, kendaraannya pesawat terbang yang suaranya sangat bising seperti tiupan angin.
Sampai dengan tahun 1965 terdapat 716 buah piringan batu yang ditemukan dalam gua bekas tempat persembunyian mahluk-mahluk asing tersebut. Menurut ahli sejarah dari Rusia bernama W. Saitsew yang meneruskan penelitian Dr Tsum Um Nui mengatakan bahwa piringan batu tersebut dibuat dari campuran kobalt dengan logam yang tidak ditemukan dibumi. W. Saitsew menduga bahwa bahan pembuat piringan batu, merupakan bagian dari sirkuit elektrik.
Pada dinding gua W. Saitsew menemukan gambar matahari, bulan dan bumi yang dihubungkan-hubungkan dengan garis-garis. Dari hasil penelitian terhadap tulang dan gambar pada dinding gua Baian Kara Ula sudah berusia sekitar 12.000 tahun.
Sampai sekarang disekitar gua Baian Kara Ula, utamanya disekitar kuburan mahluk asing, masih ditempati oleh suku Han dan suku Dropa. Kehidupan kedua suku tersebut masih tradisional dan terisolir dari keramaian. Sedangkan ciri-ciri fisik kedua suku tadi berbeda dengan manusia biasa, miliki tinggi tubuh tidak lebih dari 1,5 mater, kurus dan lemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar